SALINAN
Pasal 1
Pasal 2
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta,
Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap
ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme.
Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara
pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Misalnya:
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 46 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN UMUM
EJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 46 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN UMUM
EJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang | : | a. | bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987, perlu disempurnakan kembali; |
b. | bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan; | ||
Mengingat | : | 1. | Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); |
2. | Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2008; | ||
3. | Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 77/M Tahun 2007; |
MEMUTUSKAN : | |||
Menetapkan | : | PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. |
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Juli 2009 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD BAMBANG SUDIBYO |
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003
SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
-
-
- NOMOR 46 TAHUN 2009 TANGGAL 31 JULI 2009
-
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
- Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf Nama Kapital Kecil A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Za
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
za
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
B. Huruf Vokal
- Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
VokalContoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir a
e*
i
o
uapi
enak
emas
itu
oleh
ulangpadi
petak
kena
simpan
kota
bumilusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
- Keterangan:
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (ˊ) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras). Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia. Kami menonton film seri (séri). Pertandingan itu berakhir seri. Di mana kécap itu dibuat? Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
- Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
KonsonanContoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
zbahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zenisebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat* alas
kami
tanah
apa
status quo
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazimadab
-
Abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
akal
diam
daun
siap
Taufiq
putar
tangkas
rapat
-
-
sinar-x
-
juz
- Keterangan:
* Huruf k melambangkan bunyi hamzah. ** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).
D. Huruf Diftong
- Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
DiftongContoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir ai
au
oiain
aula
-malaikat
saudara
boikotpandai
harimau
amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
- Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
KonsonanContoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir kh
ng
ny
sykhusus
ngilu
nyata
syaratakhir
bangun
banyak
isyarattarikh
senang
-
arasy
- Catatan:
- Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:
- Dia membaca buku.
- Apa maksudnya?
- Kita harus bekerja keras.
- Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:
- Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
- Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
- "Kemarin engkau terlambat," katanya.
- "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam Quran Kristen Alkitab Hindu Weda Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
- Mahaputra Yamin
- Sultan Hasanuddin
- Haji Agus Salim
- Imam Syafii
- Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
- Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
- Pada tahun ini dia pergi naik haji.
- Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Perdana Menteri Nehru
- Profesor Supomo
- Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
- Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
- Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya:
- Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
- Sidang itu dipimpin Presiden.
- Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
- Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Misalnya:
- Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
- Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
- Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. Misalnya:
- Amir Hamzah
- Dewi Sartika
- Wage Rudolf Supratman
- Halim Perdanakusumah
- Ampere
Catatan:
-
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya:
- J.J de Hollander
- J.P. van Bruggen
- H. van der Giessen
- Otto von Bismarck
- Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya:
- Abdul Rahman bin Zaini
- Ibrahim bin Adham
- Siti Fatimah binti Salim
- Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
pascal second Pas J/K atau JK-1 joule per Kelvin N Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
- mesin diesel
- 10 volt
- 5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:
- bangsa Eskimo
- suku Sunda
- bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
- pengindonesiaan kata asing
- keinggris-inggrisan
- kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi bulan Agustus bulan Maulid hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
- Perang Candu
- Perang Dunia I
- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya:
- Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara Cirebon Amerika Serikat Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Ngarai Sianok Lembah Baliem Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya Sungai Musi Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang tari Melayu sarung Mandar asinan Bogor sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya:
- nangka belanda
- kunci inggris
- petai cina
- pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya:
- Republik Indonesia
- Departemen Keuangan
- Majelis Permusyawaratan Rakyat
- Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
- Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya:
- beberapa badan hukum
- kerja sama antara pemerintah dan rakyat
- menjadi sebuah republik
- menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:
- Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
- Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
- Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
- Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya:
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
- Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
- Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
- Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya:
Dr. doktor S.E. sarjana ekonomi S.H. sarjana hukum S.S. sarjana sastra S.Kp. sarjana keperawatan M.A. master of arts M.Hum. magister humaniora Prof. profesor K.H. kiai haji Tn. tuan
Ny. nyonya Sdr. saudara
Catatan:
- Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
- Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
- Besok Paman akan datang.
- Surat Saudara sudah saya terima.
- "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
- "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:
- Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
- Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
- Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Misalnya:
- Sudahkah Anda tahu?
- Siapa nama Anda?
- Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15).
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
- Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
- Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
- Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
- Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
- Huruf pertama kata abad adalah a.
- Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
- Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
- Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
- Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
- Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
- Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
- Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya:
- Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
- Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
- Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG Bab : BAB I PENDAHULUAN Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS LAMPIRAN
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya:
- Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
- Saya tidak mengambil bukumu.
- Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
- Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
- Saya tidak mengambil bukumu.
- Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Misalnya:
- kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai
- mengalah v mengaku kalah
- mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ...
- terkalahkan v dapat dikalahkan ...
Catatan:
- Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
- Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
- Misalnya:
- Buku itu sangat menarik.
- Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
- Kantor pajak penuh sesak.
- Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
- berjalan
- dipermainkan
- gemetar
- kemauan
- lukisan
- menengok
- petani
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
- mem-PHK-kan
- di-PTUN-kan
- di-upgrade
- me-recall
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) Misalnya:
- bertepuk tangan
- garis bawahi
- menganak sungai
- sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) Misalnya:
- dilipatgandakan
- menggarisbawahi
- menyebarluaskan
- penghancurleburan
- pertanggungjawaban
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai. Misalnya:
adipati dwiwarna paripurna aerodinamika ekawarna poligami antarkota ekstrakurikuler pramuniaga antibiotik infrastruktur prasangka anumerta inkonvensional purnawirawan audiogram kosponsor saptakrida awahama mahasiswa semiprofesional bikarbonat mancanegara subseksi biokimia monoteisme swadaya caturtunggal multilateral telepon dasawarsa narapidana transmigrasi dekameter nonkolaborasi tritunggal demoralisasi pascasarjana ultramodern
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu. Misalnya:
- non-Indonesia
- pan-Afrikanisme
- pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya:
- Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
- Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya:
- Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
- Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Misalnya:
- Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
- Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Misalnya:
- taklaik terbang
- taktembus cahaya
- tak bersuara
- tak terpisahkan
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak mata-mata berjalan-jalan menulis-nulis biri-biri mondar-mandir buku-buku ramah-tamah hati-hati sayur-mayur kuda-kuda serba-serbi kupu-kupu terus-menerus lauk-pauk tukar-menukar
Catatan:
(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar kapal barang → kapal-kapal barang rak buku → rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya:
orang besar → orang-orang besar orang besar-besar gedung tinggi → gedung-gedung tinggi gedung tinggi-tinggi
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya:
- kekanak-kanakan
- perundang-undangan
- melambai-lambaikan
- dibesar-besarkan
- memata-matai
(Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.)
- Catatan:
-
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya:
- Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
- Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
- Mereka me-lihat2 pameran.
- Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.
- Bajunya ke-merah2-an
D. Gabungan Kata
1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam orang tua simpang empat persegi panjang mata pelajaran rumah sakit umum meja tulis kereta api cepat luar biasa
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan. Misalnya:
anak-istri Ali anak istri-Ali ibu-bapak kami ibu bapak-kami buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali darmasiswa puspawarna adakalanya darmawisata radioaktif akhirulkalam dukacita saptamarga alhamdulillah halalbihalal saputangan apalagi hulubalang saripati astagfirullah kacamata sebagaimana bagaimana kasatmata sediakala barangkali kepada segitiga beasiswa kilometer sekalipun belasungkawa manakala sukacita bilamana manasuka sukarela bismillah matahari sukaria bumiputra padahal syahbandar daripada peribahasa waralaba darmabakti perilaku wiraswata
E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
- bu-ah
- ma-in
- ni-at
- sa-at
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
- pan-dai
- au-la
- sau-da-ra
- am-boi
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya:
- ba-pak
- la-wan
- de-ngan
- ke-nyang
- mu-ta-khir
- mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
- Ap-ril
- cap-lok
- makh-luk
- man-di
- sang-gup
- som-bong
- swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
- ul-tra
- in-fra
- ben-trok
- in-stru-men
Catatan:
(1) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya:
- bang-krut
- bang-sa
- ba-nyak
- ikh-las
- kong-res
- makh-luk
- masy-hur
- sang-gup
(2) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris. Misalnya:
itu → i-tu setia → se-ti-a
2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Misalnya:
- ber-jalan
- mem-bantu
- di-ambil
- ter-bawa
- per-buat
- makan-an
- letak-kan
- me-rasa-kan
- pergi-lah
- apa-kah
- per-buat-an
- ke-kuat-an
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
- me-nu-tup
- me-ma-kai
- me-nya-pu
- me-nge-cat
- pe-no-long
- pe-mi-kir
- pe-nga-rang
- pe-nye-but
- pe-nge-tik
(2) Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.) (3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
- ge-lem-bung
- ge-mu-ruh
- ge-ri-gi
- si-nam-bung
- te-lun-juk
(4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal. Misalnya:
- Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
- Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.) Misalnya:
bio-grafi bi-o-gra-fi bio-data bi-o-da-ta foto-grafi fo-to-gra-fi foto-kopi fo-to-ko-pi intro-speksi in-tro-spek-si intro-jeksi in-tro-jek-si kilo-gram ki-lo-gram kilo-meter ki-lo-me-ter pasca-panen pas-ca-pa-nen pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
F. Kata Depan
- Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
- gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
- Misalnya:
- Bermalam sajalah di sini.
- Di mana dia sekarang?
- Kain itu disimpan di dalam lemari.
- Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
- Dia berjalan-jalan di luar gedung.
- Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
- Mari kita berangkat ke kantor.
- Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
- Ia datang dari Surabaya kemarin.
- Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
- Cincin itu terbuat dari emas.
- Catatan:
- Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
- Misalnya:
- Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
- Dia lebih tua daripada saya.
- Dia masuk, lalu keluar lagi.
- Bawa kemari gambar itu.
- Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
- Bacalah buku itu baik-baik!
- Apakah yang tersirat dalam surat itu?
- Siapakah gerangan dia?
- Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
- Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
- Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
- Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
- Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan:
- Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
- Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
- Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
- Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
- Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
- Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
- Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
- Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
- Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan:
- Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.)
H. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution H. Hamid Haji Hamid Suman Hs. Suman Hasibuan W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman M.B.A. master of business administration M.Hum. magister humaniora M.Si. magister sains S.E. sarjana ekonomi S.Sos sarjana sosial S.Kom sarjana komunikasi S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Bpk. bapak Sdr. saudara Kol. kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat PBB Perserikatan Bangsa Bangsa WHO World Health Organization PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia PT perseroan terbatas SD sekolah dasar KTP kartu tanda penduduk
c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
jml. jumlah kpd. kepada tgl. tanggal hlm. halaman yg. yang dl. dalam No. nomor
2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya:
dll. dan lain lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya sda. sama dengan atas ybs. yang bersangkutan Yth. Yang terhormat
Catatan:
- Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya:
Cu kuprum cm sentimeter kg kilogram kVA kilovolt ampere l liter Rp rupiah TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia SIM surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
pemilu pemilihan umum iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran radar radio detecting and ranging
Catatan:
- Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata). (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
I. Angka dan Bilangan
- Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
-
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. Misalnya:
- Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
- Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
- Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
- Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya:
- Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
- Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
- 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
- Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
- Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
- Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 1928 5 kilogram 17 Agustus 1945 4 meter persegi 1 jam 20 menit 10 liter pukul 15.00 Rp5.000,00 10 persen US$3,50* 27 orang £5,10* ¥100 2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal. (2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya:
- Jalan Tanah Abang I No. 15
- Jalan Wijaya No. 14
- Apartemen No. 5
- Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
- Bab X, Pasal 5, halaman 252
- Surah Yasin: 9
- Markus 2: 3
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh Misalnya:
dua belas (12) tiga puluh (30) lima ribu (5000)
b. Bilangan pecahan Misalnya:
setengah (1/2) seperenam belas (1/16) tiga perempat (3/4) dua persepuluh (0,2) atau (2/10) tiga dua pertiga (3 2/3) satu persen (1%) satu permil (1‰)
Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan. (2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga) 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh) 20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas) 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga) 152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
a. pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5). Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya:
- Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
- Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
- Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya:
- Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
- Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
- Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah. (2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan. (3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
- Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
- Misalnya:
- Buku ini boleh kaubaca.
- Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
- Rumahnya sedang diperbaiki.
- Catatan:
- Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
- Misalnya:
- KTP-mu
- SIM-nya
- STNK-ku
K. Kata si dan sang
- Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
- Misalnya:
- Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
- Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
- Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
- Siti mematuhi nasihat sang kakak.
- Catatan:
- Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
- Misalnya:
- Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
- Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
- Ayahku tinggal di Solo.
- Biarlah mereka duduk di sana.
- Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
- Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya:
- Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
- Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
- Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2. ... b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus 2.1 ... 2.2 ... Catatan:
- Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya:
- pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
- Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Misalnya:
- pukul 9.00 pagi
- pukul 11.00 siang
- pukul 5.00 sore
- pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Misalnya:
- pukul 00.45
- pukul 07.30
- pukul 11.00
- pukul 17.00
- pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya:
- 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
- 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
- 0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya:
- Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
- Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya:
- Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
- Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
- Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
- Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
- Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
- Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:
- Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
- Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
- Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Misalnya:
- Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga
- Jalan Cikini 71
- Jakarta
- Yth. Sdr. Moh. Hasan
- Jalan Arif Rahmad 43
- Palembang
- Adinda
- Jalan Diponegoro 82
- Jakarta
- 21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
- Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya:
- Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
- Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
- Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
- Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya:
- Kalau ada undangan, saya akan datang.
- Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
- Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
- Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
- Misalnya:
- Saya akan datang kalau ada undangan.
- Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
- Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya:
- Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
- Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
- Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:
- Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
- Hati hati, ya, jalannya licin.
- Mas, kapan pulang?
- Mengapa kamu diam, Dik?
- Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) Misalnya:
- Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
- "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:
- "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
- "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
- Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
- Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
- Surabaya, 10 Mei 1960
- Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
- Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
- Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
- Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
- Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:
- Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
- Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
- Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
- B. Ratulangi, S.E.
- Ny. Khadijah, M.A.
- Bambang Irawan, S.H.
- Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
- Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
- 12,5 m
- 27,3 kg
- Rp500,50
- Rp750,00
Catatan:
- Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) Misalnya:
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
- Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
- Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
- Misalnya:
- Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
- Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
- Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
- Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
- pengembangan kosakata.
- Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya:
- Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
- Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya:
- Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misalnya:
- Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
- Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
- Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:
- Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
- Misalnya:
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi
b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara : Bambang S. Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008 Waktu : 09.00—10.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya:
- Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
- Surah Yasin: 9
- Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
- Di samping cara lama diterapkan juga ca-
- ra baru ....
- Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
- ding yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya:
- Kini ada cara yang baru untuk meng-
- ukur panas.
- Kukuran baru ini memudahkan kita me-
- ngukur kelapa.
- Senjata ini merupakan sarana pertahan-
- an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:
- anak-anak
- berulang-ulang
- kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:
- 8-4-2008
- p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya:
- ber-evolusi
- dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
- tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
- Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
- be-revolusi
- dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
- tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b. ke- dengan angka, c. angka dengan -an, d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:
- se-Indonesia
- peringkat ke-2
- tahun 1950-an
- hari-H
- sinar-X
- mem-PHK-kan
- ciptaan-Nya
- atas rahmat-Mu
- Bandara Sukarno-Hatta
- alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya:
- di-smash
- di-mark-up
- pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (–)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya:
- Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
- Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya:
- Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
- Tahun 1928–2008
- Tanggal 5–10 April 2008
- Jakarta–Bandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat. Misalnya:
- Kita memerlukan alat tulis–pena, pensil, dan kertas.
- (Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
- Kapan dia berangkat?
- Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
- Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
- Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)
- Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
- Misalnya:
- Alangkah indahnya taman laut ini!
- Bersihkan kamar itu sekarang juga!
- Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
- Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya:
- Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
- Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
- Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi. Misalnya:
- Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
J. Tanda Petik (" ")
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
- Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
- Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
- "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
- Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
- Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
- Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
- Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
- Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya:
- Kata dia, "Saya juga minta satu."
- Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:
- Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
- Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. (4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya:
zaman
bukan jaman asas
" azas plaza
" plasa jadwal
" jadual bus
" bis
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Misalnya:
- Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
- "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya:
terpandai 'paling' pandai retina 'dinding mata sebelah dalam' mengambil langkah seribu 'lari pontang panting' 'sombong, angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M) Misalnya:
feed-back 'balikan' dress rehearsal 'geladi bersih' tadulako 'panglima'
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
- Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
- Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan:
- Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
- Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:
- Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya:
- Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
- Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya:
- Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
- Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
- Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
- Kemarin kakak saya membeli
-
1) buku, 2) pensil, dan 3) tas sekolah.
- Dia senang dengan mata pelajaran
-
a) fisika, b) biologi, dan c) kimia.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya:
- Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
- Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
- Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya:
- Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya:
- No. 7/PK/2008
- Jalan Kramat III/10
- tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut' harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar' tindakan penipuan dan/atau penganiayaan 'tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau tindakan penganiayaan'
Catatan:
- Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
- Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan) Malam 'lah tiba. ('lah = telah) 1 Januari '08 ('08 = 1988)
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
- Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
-
'asr asar sa'ah saat manfa'ah manfaat
-
ra'yah rakyat ma'na makna ruku' rukuk
-
paal pal baal bal octaaf oktaf
-
aerobe aerob aerodinamics aerodinamika
-
haemoglobin hemoglobin haematite hematit
-
trailer trailer caisson kaison
-
audiogram audiogram autotroph autotrof tautomer tautomer hydraulic hidraulik caustic kaustik
-
calomel kalomel construction konstruksi cubic kubik
coup kup classification klasifikasi crystal kristal
central sentral cent sen cybernetics sibernetika circulation sirkulasi cylinder silinder coelom selom
accomodation akomodasi acculturation akulturasi acclimatization aklimatisasi accumulation akumulasi acclamation aklamasi
accent aksen accessory aksesori vaccine vaksin
saccharin sakarin charisma karisma cholera kolera chromosome kromosom technique teknik
echelon eselon machine mesin
chip cip voucher vocer China Cina
check cek ticket tiket
çabda sabda çastra sastra
darurat darurat fardu fardu hadir hadir
effect efek description deskripsi
synthesis sintesis
idealist idealis habeas habeas
stratosfeer stratosfer systeem sistem
eicosane eikosan eidetic eidetik einsteinium einsteinium
stereo stereo geometry geometri zeolite zeolit
neutron neutron eugenol eugenol europium europium
faqīr fakir mafhum mafhum saf saf
fanatic fanatik factor faktor fossil fosil
sorghum sorgum
igue ige gigue gige
hakim hakim tahmid tahmid ruh roh
iambus iambus ion ion iota iota
politiek politik riem rim
variety varietas patient pasien efficient efisien
khusus khusus akhir akhir
contingent kontingen congres kongres linguistics linguistik
oestrogen estrogen oenology enologi foetus fetus
komfoor kompor provoost provos
cartoon kartun proof pruf pool pul
zoology zoologi coordination koordinasi
gouverneur gubernur coupon kupon contour kontur
phase fase physiology fisiologi spectograph spektograf
pseudo pseudo psychiatry psikiatri psychic psikis psychosomatic psikosomatik
pterosaur pterosaur pteridology pteridologi ptyalin ptialin
aquarium akuarium frequency frekuensi equator ekuator
qalbu kalbu haqiqah hakikah haqq hak
rhapsody rapsodi rhombus rombus rhythm ritme rhetoric retorika
salj salju asiri asiri hadis hadis
subh subuh musibah musibah khusus khusus
scandium skandium scotopia skotopia scutella skutela sclerosis sklerosis scriptie skripsi
scenography senografi scintillation sintilasi scyphistoma sifistoma
schema skema schizophrenia skizofrenia scholasticism skolastisisme
ratio rasio actie aksi patient pasien
ta'ah taat mutlaq mutlak Lut Lut
theocracy teokrasi orthography ortografi thiopental tiopental thrombosis trombosis methode (Belanda) metode
unit unit
nucleolus nukleolus structure struktur institute institut
dualisme dualisme aquarium akuarium
suede sued duet duet
equinox ekuinoks conduite konduite
fluorescein fluoresein quorum kuorum quota kuota
prematuur prematur vacuum vakum
vitamin vitamin television televisi cavalry kavaleri
jadwal jadwal marwa marwa taqwa takwa
xanthate xantat xenon xenon xylophone xilofon
executive eksekutif taxi taksi exudation eksudasi latex lateks
exception eksepsi excess ekses excision eksisi excitation eksitasi
excavation ekskavasi excommunication ekskomunikasi excursive ekskursif exclusive eksklusif
yakitori yakitori yangonin yangonin yen yen yuan yuan
yttrium itrium dynamo dinamo propyl propil psychology psikologi
zenith zenit zirconium zirkonium zodiac zodiak zygote zigot
zalim zalim hafiz hafiz
Misalnya:
gabbro gabro accu aki effect efek commission komisi ferrum ferum salfeggio salfegio ummat umat tammat tamat
mass massa
1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya:
- bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat advokat
-age menjadi -ase
percentage persentase etalage etalase
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
structural, structureel struktural formal, formeel formal normal, normaal normal
-ant menjadi -an
accountant akuntan informant informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
anarchy, anarchie anarki oligarchy, oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair komplementer primary, primair primer secondary, secundair sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie aksi publication, publicatie publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
ideëel ideel materieel materiel moreel morel
-ein tetap -ein
casein kasein protein protein
-i (Arab) tetap -i
haqiqi hakiki insani insani jasmani jasmani
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica logika phonetics, phonetiek fonetik physics, physica fisika dialectics, dialektica dialektika technique, techniek teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
electronic, elektronisch elektronik mechanic, mechanisch mekanik ballistic, ballistisch balistik
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
economical, economisch ekonomis practical, practisch praktis
logical, logisch logis
-ile, -iel menjadi -il
percentile, percentiel persentil mobile, mobiel mobil
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
modernism, modernisme modernisme communism, communisme komunisme
-ist menjadi -is
publicist publisis egoist egois
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive, descriptief deskriptif demonstrative, demonstratief demonstratif
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
alamiyyah alamiah aliyyah aliah ilmiyyah ilmiah
-logue menjadi -log
catalogue catalog dialogue dialog
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
technology, technologie teknologi physiology, physiologie fisiologi analogy, analogie analogi
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog analog epiloog epilog
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
hominoid, hominoide hominoid anthropoid, anthropoide antropoid
-oir(e) menjadi -oar
trotoir trotoar repertoire repertoar
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directeur direktur inspector, inspecteur inspektur amateur amatir formateur formatur
-or tetap -or
dictator diktator corrector korektor
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit universitas quality, kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur struktur premature, prematuur prematur
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, | |
TTD | |
BAMBANG SUDIBYO |
Salinan sesuai dengan aslinya
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003
0 comments:
Post a Comment