Tuesday, December 30, 2014

Konsep Dan Macam-Macam Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.


1. Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode : deskriptif, survai, ekspos facto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan.
a. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau, misalnya : berapa lama anak-anak usia pra sekolah menghabiskan waktunya untuk nonton TV
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.
b. Penelitian survai
Survai digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada 3 karakter utama dari survai : 1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti : kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi; 2) informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu populasi; 3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Tujuan utama dari survai adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi.
c. Penelitian Ekspos Facto
Penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi, misalnya penelitian tentang pemberian gizi yang cukup pada waktu hamil menyebabkan bayi sehat.
d. Penelitian Komparatif
Penelitian diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang diteliti. Dalam Penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variabel, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan diantara variabel-variabel yang diteliti.
e. Penelitian korelasional
Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Misalnya : Penelitian tentang korelasi yang tinggi antara tinggi badan dan berat badan, tidak berarti badan yang tinggi menyebabkan atau mengakibatkan badan yang berat, tetapi antara keduanya ada hubungan kesejajaran. Bisa juga terjadi yang sebaliknya yaitu ketidaksejajaran (korelasi negatiif), badanya tinggi tapi timbangannya rendah (ringan).
f. Penelitian tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun perbaikan hasil kegiatan. Misalnya : Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya.
g. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (research and development), merupakan metode untuk mengembangkan dan menguji suatu produk (Borg,W.R & Gall,M.D.2001). Metode ini banyak digunakan di dunia industri. Industri banyak menyediakan dana untuk penelitian mengevaluasi dan menyempurnakan produk-produk lama, dan atau mengembangkan produk baru. Dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, insttrumen evaluasi, model-model kurikulum, pembelajaran, evaluasi, bimbingan, managgemen, pengawasan, pembinaan staff, dll.

2. Penelitian kuantitatif Eksperimental
Penelitian Eksperimental merupakan penelitian yang palin murni kuantitatif, karena semua prinsip dan kaidah-kaidah penelitian kuantitatif dapat diterapkan pada metode ini. Penelitian Eksperimental merupakan penelitian labolatorium, walaupun bisa juga dilakukan diluar labolatorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian labolatorium, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalanya eksperimen. Metode ini bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokan sebagai variabel bebas (independent variables) dan variabel yang dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat (dependent variables). Ada beberapa variasi dari penelitian eksperimental, yaitu : eksperimen murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah dan subjek tunggal.
a. Eksperimen murni
Eksperimen murni (true experimental) sesuai dengan namanya merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Prosedur dan syarat-syarat tersebut, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok control, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan arakteristiknya.
b. Eksperimen semu
Metode eksperimen semu (qusi experimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
c. Eksperimen Lemah
Eksperimen lemah (weak experimental) merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Sesuai dengan namanya, eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya, oleh karena itu tidak digunakan untuk penelitian tesis dan disertasi juga skipsi sebenarnya.
d. Eksperimen subjek Tunggal
Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal.Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi atau lemah berlaku.

3. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan keduan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori.
Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya.
a. Studi Etnografik
Studi etnografik (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok social atau sistem. Proses penelitian etnografik dilaksanakan di lapangan dalam waktu yang cukup lama, berbentuk observasi dan wawancara secara alamiah dengan para partisipan, dalam berbagai bentuk kesempatan kegiatan, serta mengumpulkan dokumen-dokumen dan benda-benda (artifak).
b. Studi Historis
Studi Historis (historical studies) meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-peristiwa sejarah direka-ulang dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan, sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan kesaksian sengaja berupacatatan dan dokumen-dokumen.
c. Studi Fenomenologis
Fenomenologis mempunyai dua makna, sebagai filsafat sain dan sebagai metode pencarian (penelitian). Studi fenomenologis (phenomenological studies) mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan.Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut.
d. Studi Kasus
Studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.
e. Teori Dasar
Penelitian teori dasar atau sering juga disebut penelitian dasar atau teori dasar (grounded theory) merupakan penelitian yang diarahkan pada penemuan atau minimal menguatan terhadap suatu teori.
f. Studi Kritis
Dalam penrelitian kritis, peneliti melakukan analitis naratif, penelitian tindakan, etnografi kritis, dan penelitian feminisme. Penelitian mereka diawali dengan mengekspos masalah masalah manipulasi, kesenjangan dan penindasan sosial.
g. Penelitian noninteraktif
Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data, untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.
Minimal ada 3 macam penelitian analitis atau studi noninteraktif, yaitu analisis : konsep, historis, dan kebijakan. Analisis konsep, merupakan kajian atau analisis terhadap konsep-konsep penting yang diinterpretasikan pengguna atau pelaksana secara beragam sehingga banyak menimbulkan kebingungan, umpamanya : cara belajar aktif, kurikulum berbasis kompetensi dll.

Metode Penelitian Kuantitatif

Metode penelitian adalah rangkaian dari cara / kegiatan pelaksanaan penelitian dan didasari oleh pandangan filosofis, asumsi dasar, dan ideologis serta pertanyaan dan isu yang dihadapi. Sebuah penelitian memiliki rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini menjelaskan prosedur / langkah-langkah yang harus dijalani, waktu penelitian, kondisi data dikumpulkan, sumber data serta dengan cara apa data tersebut dibuat dan diolah. Tujuan dari rancangan ini adalah menggunakan metode penelitian yang baik dan tepat, dirancang kegiatan yang bisa memberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Berikut macam-macam metode penelitian :

1. Penelitian kuantitatif
Penelitian ini didasari oleh suatu filsafat positivisme yang mengacu pada fenomena-fenomena objektif serta dikaji secara kuantitatif. Memaksimalkan objektivitas desain dalam penelitian dengan memakai angka-angka, struktur, pengolahan statistik, dan percobaan terkontrol. Di dalam penelitian kuantitatif ada beberapa metode yakni : deskriptif, survei,
komparatif, penelitian tindakan, korelasional, dan ekspos facto.
  • Penelitian deskriptif = penelitian deskriptif merupakan sebuah metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada, dan yang sedang berlangsung saat ini maupun yang lampau. Seperti : berapa lama orang dewasa menghabiskan waktunya untuk bekerja. Penelitian deskriptif, dapat menjelaskan sesuatu kondisi saja, namun dapat juga menjelaskan keadaan da dalam langkah-langkah perkembangannya. Penelitian yang demikian disebut dengan penelitian perkembangan ( developmental studies ). Ada 2 sifat di dalam penelitian perkembangan yakni longitudinal / sepanjang waktu dan cross sectional / dalam potongan waktu.
  • Penelitian survei = metode survei digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk opini dari sejumlah orang terhadap isu dan topik tertentu. Dalam survei ada 3 karakter utama yaitu 1) informasi dikumpulkan dari kelompok besar orang yang digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek tertentu. 2) informasi dikumpulkan lewat pengajuan pertanyaan (biasanya tertulis). 3) informasi yang didapat dari sampel, tidak dari populasi. Tujuan dari survei adalah untuk mengetahui gambaran umum dari populasi. 
  • Penelitian ekspos facto = metode yang meneliti hubungan antara sebab dan akibat. Penelitian ini dilakukan terhadap program, kejadian / kegiatan yang sudah berlangsung / telah terjadi. Seperti penelitian tentang pemberian gizi pada waktu hamil bisa menyebabkan bayi sehat.

Pengertian Singkat Populasi dan Sampel Penilitian


Populasi adalah sekelompok subjek (orang atau benda) yang kepada merekalah temuan penelitian diberlakukan.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dari merekalah data dikumpulkan.

 Jenis Populasi
1.Populasi sasaran (target population)
2.Populasi terjangkau (accessible population)
 
Teknik-teknik Penarikan Sampel dari Populasi
1.Penyampelan Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
2.Penyampelan Sistematis (Systematic Sampling)
3.Penyampelan Kluster (Cluster Sampling)
4.Penyampelan Bertingkat (Stratified Sampling)
5.Penyampelan Multijenjang (Multi-stage Sampling)

Simple Random Sampling
Yaitu teknik penarikan sampel yang setiap individu dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Contoh: Ada 1000 subjek dalam populasi dan peneliti akan mengambil 100 subjek sebagai wakil dalam sampel. Ke 100 subjek tersebut dipilih secara acak langsung dari 1000 subjek dalam populasi

Systematic Sampling
Yaitu teknik penarikan sampel yang  pemilihan awal dilakukan secara acak terhadap 1 atau 2 subjek sampel dari jumlah populasi tertentu, selanjutnya penentuan sample dilakukan secara sistematis berdasarkan pemilihan pertama. 
Contoh: Dengan pemilihan 100 sampel dari 1000 populasi berarti 1 sampel mewakili 10 populasi. Dengan systematic sampling 2 subjek, misalnya, dipilih dari 20 populasi pertama. Bila pemilihan jatuh pada subjek ke 6 dan ke 15, misalnya, maka pada setiap 20 populasi berikutnya, subjek ke 6 dan ke 15 otomatis terpilih sebagai sampel.
Yaitu teknik penarikan sampel yang tidak dilakukan pada tingkat individu, melainkan pada tingkat kelompok.
Contoh: 1000 subjek dalam populasi dalam contoh di atas, misalnya, tersebar dalam 40 kelas paralel, yang masing-masing kelas terdiri dari 25 subjek. Pemilihan sampel dilakukan secara acak atas 4 kelas dari 40 kelas yang ada. Begitu 4 kelas tersebut terpilih, semua subjek dalam kelas tersebut dinyatakan sebagai sampel penelitian. 

Stratified Sampling  
         yaitu teknik penarikan sampel yang memperhatikan adanya tingkatan (strata) yang ada dalam populasi.
Model penyampelan ini ada dua jenis:
   1.   Non-proportional Stratified Sampling: yaitu jumlah sampel yang sama dipilih dari masing-masing   tingkatan yang ad
  2.         Proportional Stratified Sampling: yaitu jumlah sampel yang dipilih dari masing-masing tingkatan ditentukan oleh perbandingan jumlah sampel keseluruhan dan jumlah populasi.
b        Contoh: 1000 subjek populasi sebenarnya terdiri dari 3 tingkatan, yaitu  tingkat 1 (250), tingkat 2 (300) dan tingkat 3 (450).
            Bila pemilihan dilakukan secara non-proporsional, maka 33 atau 34 subjek sampel dipilih dari masing-masing tingkatan tersebut.
            Bila pemilihan dilakukan secara proporsional, maka yang dipilih adalah 25 subjek dari tingkat 1, 30 dari tingkat 2, dan 45 dari tingkat 3.


 Multi-stage Sampling 
                yaitu gabungan dari berbagai model penyampelan di atas.


 

TEORI KONFIRMASI DALAM ILMU FILSAFAT


TEORI KONFIRMASI DALAM ILMU FILSAFAT
By : M. Ainul Fikri
1. PENDAHULUAN

Carl Gustav Hempel (1905-1997), filsuf kelahiran Jerman yang berimigrasi ke Amerika, adalah salah satu filsuf sains terkemuka pada abad ke-20. Paradoks burung gagaknya (Raven’s Paradox) –sebagai ilustrasi paradoks-paradoks konfirmasi—telah menjadi tantangan tetap terhadap teori-teori konfirmasi.

Bersama Paul Oppenheim, ia mengusulkan perhitungan kuantitatif terhadap derajat konfirmasi hipotesis lewat pembuktian. Model nomologis-deduktif yang diajukannya bagi eksplanasi (penjelasan) ilmiah menempatkan eksplanasi pada landasan logis yang sama seperti prediksi; yakni keduanya adalah argumen-argumen deduktif.

Perbedaannya adalah soal pragmatis, katakanlah bahwa dalam sebuah eksplanasi, konklusi argumen dimaksudkan agar dianggap benar. Sedangkan, dalam prediksi, tujuannya adalah untuk menghadirkan kasus yang meyakinkan untuk konklusi. Hempel juga mengusulkan ukuran kuantitatif bagi kekuatan teori untuk mensistematisasikan datanya.

Dalam kehidupannya kemudian, Hempel meninggalkan proyek logika induktif. Ia juga menekankan problem-problem dengan positivisme logis (empirisme logis), khususnya yang berkaitan dengan kriteria kebisaan untuk diverifikasikan (verifiability). Hempel akhirnya meninggalkan analisis positivis logis terhadap sains, dan berpaling ke arah analisis yang lebih empiris dalam peristilahan sosiologi sains.

Hempel belajar matematika, fisika, dan filsafat di Gottingen, Heidelberg, Vienna, dan Berlin. Di Vienna, ia menghadiri beberapa pertemuan Lingkaran Vienna. Dengan pertolongan Rudolf Carnap, ia dapat meninggalkan Eropa sebelum Perang Dunia II, dan ia datang ke Chicago dengan hibah riset yang diusahakan oleh Carnap. Hempel kemudian mengajar di Universitas Kota New York, Universitas Yale, dan Universitas Princeton.



2.     Konfirmasi
            ‘Konfirmasi’ berasal dari bahasa inggris, confirmation,yang berarti penegasan, pengesahan. Konfirmasi apabila dikaitkan dengan ilmu,  Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
Konfirmasi
(Confirmation=penegasan,memperkuat)
 

Konfirmasi berbicara tentang penegasan atau penguatan dari apa yang didapat dari fakta.

 2.1 Aspek dalam Konfirmasi :
-Kualitatif : cara memperoleh informasinya dengan melakukan semacam wawancara.
-Kuantitatif : lebih ke penelitian dengan banyak sampel dan dibuat kesimpulan.

2.1.1  Kuantitatif dan Kualitatif Konfirmasi
            Dasar untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi sebagian ahli mengemukakan aspek kuantitatif dan sebagian lain aspek kulitatif. Derajat konfirmasi bersifat probabilitas; probabilitas dari hasil analisis frekuensi.Derajat konfirmasi kuantitatif menjadi masalah pada keluasan generalisasi, seberapa jauh generalisasi dapat diterapkan.Konfirmasi kuantitatif menimbulkan masalah pada signifikansinya.Batas koefisien dianggap signifikan menjadi masalah, karena dalam terapan di jumpai batas signifikansi statistik dan batas signifikansi arbiter, misalnya dalam analisis data psikologis, sosiologis yang mentoleri koefisien lebih rendah dari tabel signifikansi statistik, karena objeknya adalah manusia.
            Dalam membangun konfirmasi kualitatif dan upaya melepaskan dari yang kuantitatif tampaknya memang belum dapat dilakukan sepenuhnya.Rudold carnap mengembangkan dua model bahasa yaitu, bahasa terjemahan dan bahasa interpretasi.

2.2 Teori Konfirmasi
            Teori kepastian berupaya mencari deskriptif hubungan normative antara hipotesis dengan refidensi, hubungan tersebut berupaya mengukur dan bagaimana suatu efidensi menjamin kepercyaan kita pada hipotesis. Setidaknya ada tiga teori konfirmasi, yaitu decision theory, estimation theory, dan realiability analiysis.Decision theory menerapkan kepastian berdasarkan keputusan. Sedangkan estimation theory menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah dengan menggunakan konsep probabilitas, konsep ini dominan dalam analisis statistic.Hampell menggunakan konsep probabilitas dengan berdasarkan pada hubungan logis antara proposisi dengan hipotesis. Sedangkan Rudolp Carnap mendasarkan pada hubungan sintaktikal antara evidensi dengan hipotesis.
Adapun reliability theory menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas efidensi terhadap hipotesis.Banyak ahli menganut yang pertama, tapi lebih banyak yang menganut yang kedua.

2.3 Jenis Konfirmasi :
- Decision Theory : 
mempunyai manfaat aktual atau tidak. Dalam penjelasan lain decision theory menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.

- Estimation Theory : 
menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.

- Reliability Theory :
mencermati stabilitas fakta/evidensi yang berubah-ubah terhadap sebuah hipotesis.
menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain.

Sunday, December 28, 2014

VARIABEL DALAM PENELITIAN

1. PENGERTIAN VARIABEL
Istilah variabel dapat diartikan bermacam – macam. Dalam tulisan ini variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabeL penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Kalau ada pertanyaan tentang apa yang akan di teliti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel dapat didefiisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady,1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya.
Menurut Y.W Best yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti  dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggii Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti.
Apa yang merupakan variabel dalam sesuatu penelitian ditentikan oleh landasan teoritisnya, dan ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Karena itu apabila landasan teoritisnya berbeda, variabel-variebel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel yang dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh sofistikasi rancangan penelitiannya. Makin sederhana sesuatu rancangan penelitian, akan melibatkan variabel-variabel yang makin sedikit jumlahnya, dan sebaliknya.
2. KLASIFIKASI VARIABEL
Variabel-variabel yang telah diidentifikasikan perlu diklasifikasikan, sesuai dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Klasifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambilan data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk diterapkan.
Berkaitan dengan proses kuantifikasi data biasa digolongkan menjadi 4 jenis yaitu (a). Data Nominal, (b). Data Ordinal, (c). Data Interval dan, (d). Data ratio.  Demikianlah pula variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama
  1. Variabel Nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas proses penggolongan; variabel ini bersifat diskret dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori yang satu dan kategori yang lain; contoh: jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan
  2. Variabel Ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu di bawahnya di beri angka 3 dan seterusnya. (ranking)
  3. Variabel Interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasaumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang  sama. Contoh: variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap sesuatu program dinyatakan dalam skor, penghasilan dan sebagainya.
  4. Variabel ratio,  adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak. (Drs. Sumadi Suryabrata .Metologi Penelitian. hal. 26-27)
 Menurut Fungsinya variabel dapat dibedakan :
a).           Variabel Tergantung (Dependent Variabel)
Yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel bebas.
Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi.
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, Kriteria, Konsekuen. Atau dalam bahasa Indonesia sering disebut Variabel terikat. Dalam SEM (Structural Equation Modeling) variabel dependen disebut variabel Indogen.*
b).           Variabel Bebas ( Independent Variabel)
Adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi  dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.
Karena fungsi ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain.
Variabel ini juga sering disebut sebgai variabel  Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam SEM(Structural Equation Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.
c).            Variabel Intervening
Variabel intervenig adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan Variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel Intervening juga merupakan variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat atau hubungan pengaruh dan terpengaruh.
d).           Variabel Moderator
Dalam mengidentifikasi variabel moderator dimaksud adalah variabel yang karena fungsinya ikut mempengaruhi variabel tergantung serta meperjelas hubungan bebas dengan variabel tergantung.
e).            Variabel kendali
Yaitu yang membatasi (sebagai kendali) atau mewarnai variabel mederator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama berkaitan dengan variabel  moderator jadi juga  seperti variabel moderator dan bebas ia juga ikut berpengaruh terhadap variabel tergantung
f).              Variabel Rambang
Berlainan dengan variabel bebas, yaitu fungsinya sangat diperhatikan dalam penelitian. Variabel rambang yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya hampir tidak diperhatikan terhadap variabel bebas maupun tergantung. (Drs.Colid Narbuko,Drs.H Abu Achmadi.2004.Metode Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara Hal.119-120)
3. MERUMUSKAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL-VARIABEL
Setelah variabel – variabel diidetifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan Definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok digunakan.
Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapa diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.
Cara menyusun definisi operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu
1). Definisi Pola I, yaitu disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi. Contoh :
- Frustasi adalah keadaan yang timbul sebgai akibat tercegahnya pencapaian hal yang sangat diinginkan yang sudah hampir tercapai.
- Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah dia tidak makan selama 24  jam
- Garam Dapur adalah hasil kombinasi kimiawi antara natrium dan Clorida.
Definisi Pola I ini, yang menekankan Operasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama berguna untuk mendefinisikan variabel bebas.
2). Definisi Pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi. Contoh :
- Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah, tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan.
- Orang Lapar adalah orang yang mulai menyantap makanan kurang dari satu menit setelah makanan  dihidangkan, dan menghabiskannya dalam  waktu kurang dari 10 menit.
3). Definisi Pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknnya. Contoh :
- Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa  yang mempunyai ingatan baik, mempunyai perbendaharaan kata  luas, mempunyai kemampuan berpikir  baik, mempunyai kemampuan berhitung baik.
-   Ekstraversi adalah  kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.
Seringkali dalam membuat definisi operasional pola III ini peneliti menunjuk kepada alat yang digunakan untuk mengambil datanya.
Setelah definisi operasional variabel-variabel peneliitian selesai dirumuskan, maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalkan. Jadi peneliti  telah menyusun prediksi tentang kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasional, dan siap diuji melalui data empiris. (Drs. Sumadi Suryabrata .Metologi Penelitian. hal. 30-31)
4. MACAM-MACAM HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Sesungguhnya yang dikemukakan di dalam inti penelitian ilmiah adalah mencari  hubungan antara berbagai variabel.  Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara dua variabel bebas  dan variabel terikat ( Independent variabel dengan dengan dependent variabel).
a.      Hubungan Simetris
Variabel-variabel dikatakan mempunyai hubungan simetris apabila variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya. Terdapat 4 kelompok hubungan simetris :
1). Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
2). Kedua variabel merupakan akibat daru suatu faktor yang sama.
3). Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana yang satu berada yang lainnya pun pasti disana.
4). Hubungan yang bersifat kebetulan semata-mata.
b.      Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan timbal balik bukanlah hubungan, dimana tidak dapat ditentukan  variabel yang menjadi sebab dan variabel  yang menjadi akibat.
c.      Hubungan Asimetris (tidak simetri)
Satu variabel atau lebih mempengaruhi variabel yang lainnya. Ada enam tipe hubungan tidak simetris, yakni :
1).    Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan yang demikian itulah merupakan salah satu hubungan kausal yang lazim dipergunakan oleh para ahli.
2).    Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecenderungan untuk menunjukkkan respons tertentu dalam situasi tertentu. Bila “Stimulus” datangnya pengaruh dari luar dirinya, sedangkan “Disposisi” berada dalam diri seseorang.
3).    Hubungan antara diri indiviidu dan disposisi atau tingkah laku. Artinya ciri di  sini adalah sifat individu yag relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan.
4).    Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu.
5).    Hubungan Imanen antara dua variabel.
6).    Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means)
5. PENGUKURAN VARIABEL
Pengukuran adalah penting bagi setiap penelitian, karena dengan pengukuran itu penelitian dapat menghubungkan konsep yang abstrak dengan realitas.
Untuk dapat melakukan pengukuran, maka seseorang peneliti harus memikirkan bagaimana ukuran yang paling tepat untuk suatu konsep. Ukuran yang tepat akan memberikan kepada penelii untuk merumuskan lebih tepat dan lebih cermat konsep penelitiannya. Proses pengukuran mengandung 4 kegiatan pokok sebagai berikut :
a). Menentukan indikator untuk dimensi – dimensi variabel penelitian.
b). Menentukan ukuran masing-masing dimensi. Ukuran ini dapat berupa item (pertanyaan) yang relevan dengan dimensinya.
c). Menentukan ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran, Apakah tingkat ukuran nominal, ordinal interval atau ratio dan
d). Menguji tingkat validitas dan reliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik.. Alat pengukur yang baik, apabila alat pengukur itu dapat mengungkapkan realita itu dengan tepat. Oleh karena itu dalam pengukuran gejala yang demikian itu yang dianut adalah berdasarkan indikator-indikator konsep tersebut. Jadi kalau akan mengukur intelegensi harus mencari apa yang menjadi indikator perbuatan yang intelegen tersebut.
 6. VARIABEL ANTARA
Salah satu asumsi dasar di dalam ilmu pengetahuan adalah, bahwa gejala sesuatu harus ada sebab-musahabnya dan tidak begitu saja terjadi dengan sendirinya. Setiap fenomena dipengaruhi oleh serangkaian sebab-musahab. Oleh karena itu setiap kali kita menentukan sebab dari suatu fenomena, selalu akan timbul pertanyaan, apakah sebab yang lainnya? Apakah sebab yang pertama berpengaruh langsung pada fenomena tersebut, ataukah tidak langsung dan melalui sebab yang lainnya? Pertanyaan yang terakhir ini mengantar kita ke suatu faktor penguji yang penting yaitu “Variabel antara”.
Untuk mengatur rangkaian sebab-musabab suatu fenomena, tentu saja lewat pengamatan serta akan sehatlah disamping teori-teori yang menjadi pedoman. Namun di dalam rangkaian sebab akibat itu, suatu variabel akan disebut “Variabel antara” apabila, dengan masuknya variabel tersebut, hubungan statistika yang mulai nampak antara dua variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. Hal ini disebabkan karena hubungan semula nampak antara kedua variabel pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung tetapi melalui varibel yang lain.
Keterangan : Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung, mungkin tidak.
7. VARIABEL ANTESENDEN
Variabel Antesenden mempunyai kesamaan dengan variabel antara, yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausan antara variabel.
Perbedaannya, “Variabel antara ” menyusup diantara variabel pok, sedangkan variabel Antesenden mendahului variabel pengaruh
Sebenarnya realita antara dua variabel sebenarnya merupakan penggalan dari sebuah jalinan sebab akibat yang cukup panjang. Oleh karena itu setiap usaha untuk mencari jalinan yang lebih jauh, seperti halnya dengan variabel antesenden – akan memperkaya pengertian kita tentang fenomena yang sedang diteliti.
Untuk dapat diterima sebagai variabel antesenden syarat-syaratnya sebagai berikut :
  1. ketika variabel harus saling berhubungan : variabel antesenden dan variabel pengaruh, variebel antesenden dan variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel terpengaruh.
  2. Apabila variabel antesenden dikontrol, hubungan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh tidak lengkap. Dengan kata lain : variabel antesenden tidak mempengaruhi hubungan antara kedua variabel pokok.
  3. Apabila pengaruh dikontrol, hubungan antara variabel antesenden dan variabel terpengaruh harus lengkap. (Drs.Colid Narbuko,Drs.H Abu Achmadi.2004.Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Hal.131-134)

KESIMPULAN

variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel penelitian ditentukan oleh Landasan Teorinya dan ditegaskam oleh Hipotesis penelitiannya.
Menurut datanya, variabel penelitian dapat dibedakan : a. variabel Nominal, b. Variabel Ordinal, c. Variabel Interval d. Variabel ratio.
Sedangkan menurut fungsinya variabel penenelitian dapat dibedakan menjadi : Variabel tergantung, variabel bebas, variabel intervening, variabel moderator , variabel kendali dan variabel rambang.
Macam-macam hubungan variabel : Simetri, timbal balik dan asimetri.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, S. 2005.  Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Narbuko,C., Achmadi, A,H. 2004 . Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: AlfaBeta
Anonim, 1981. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Monday, December 22, 2014

Cara Membuat Formulir Online di Google Docs / Google Drive

Mungkin anda sudah tidak asing lagi dengan produk Google yang satu ini. Yupz, Google Drive merupakan produk yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan ngeblog, bisnis online, menyimpan file, dan masih banyak lagi. Apabila anda sudah punya account Google, anda tinggal sign in saja ke halaman Google Docs. Belum punya akun Google ya? Silahkan baca selengkapnya Cara Membuat Akun Google dengan Mudah.
Nah, yang akan kita bahas kali ini adalah tentang tata cara pembuatan formulir online. Formulir ini bisa dibuat untuk kebutuhan apa saja. Seperti untuk membuat contact form, form pemesanan barang online untuk toko online, formulir registrasi, dan masih banyak lagi. Dan satu hal yang perlu dicatat bahwa fasilitas ini disediakan oleh Google seacra gratis lho. Wow sesuatu banget :mrgreen:
Agar cuap-cuap nya tidak terlalu panjang, mari kita intip cara membuat formulir online. Namun, sebelumnya jangan lupa baca posting menarik lainnya di Blog Cara Ririn tentang Cara Upload Video ke Situs Youtube. Berikut adalah langkah-langkah.

Cara Membuat Formulir Online di Google Docs / Google Drive

1. Silahkan kunjungi halaman Google Docs / Google Drive di url ini http://drive.google.com/
2. Silahkan log in menggunakan Account Google anda
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 13. Silahkan klik tombol Memulai
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 24. Klik tombol Buat dan kemudian klik menu Formulir
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 35. Tulis judul formulir dan setelah itu silahkan pilih thema formulir anda. Baru kemudian silahkan klik tombol Oke
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 46. Silahkan desain formulir anda. Bisa berformat pertanyaan isian atau mungkin pertanyaan pilihan ganda. Setelah itu silahkan klik tombol Selesai.
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 57. Klik tombol Kirim Formulir.
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 68. Anda bisa copas link formulir anda atau mungkin ingin memasang formulir online di blog/web anda. Jika ingin pasang di blog/web, silahkan klik tombol Sematkan.
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 79. Silahkan copas kode yang ada dalam kotak. Setelah itu, silahkan klik tombol Selesai
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 8Berikut adalah contoh formulir online yang sudah pernah saya buat. Anda bisa klik link ini untuk melihatnya.
Cara Membuat Formulir Online di Google Docs Drive 9Nah, agar anda tahu apabila ada orang yang mengisi / mengirim formulir online ini, anda perlu melakukan setting email pemberitahuan. Caranya bagaimana? Silahkan pelajari lebih lanjut tentang Cara Setting Email Notifikasi Formulir Online Google Docs / Google Drive.
Demikian informasi yang bisa saya share untuk anda tentang Cara Membuat Formulir Online di Google Docs / Google Drive. Semoga bisa bermanfaat. Jangan sampai lupa baca artikel keren lainnya di Blog Cara Ririn tentang Cara Mendaftarkan Blog di Google Webmaster Tools. Terimakasih sudah singgah di blog saya.

SUMBER  : http://cara-ririn.com/cara-membuat-formulir-online-di-google-docs-google-drive/

Cara Ririn | Belajar SEO | Membuat Blog | Email | Mendapatkan Uang

Friday, December 19, 2014

Pengertian simbiosis mutualisme

Pengertian Simbiosis


Simbiosis adalah merupakan interaksi antara dua organisme yang hidup berdampingan.Simbiosis pola interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.

Contoh Simbiosis Mutualisme

Jenis - Jenis Simbiosis

  1. Simbiosis Mutualisme
    Simbiosis Mutualisme adalah hubungan timbal balik antara 2 makhluk hidup yang berbeda yang saling menguntungkan kedua pihak
  2. Simbiosis Komensalisme
    Simbiosis Komensalisme adalah hubungan timbal balik antara 2 makhluk hidup yang menguntungkan 1 pihak dan pihak yang lain tidak dirugikan maupun diuntungkan
  3. Simbiosis Parasitisme
    Simbiosis Parasitisme adalah hubungan timbal balik antara 2 makhluk hidup dimana 1 pihak dirugikan dan 1 pihak diuntungkan

Contoh Simbiosis Mutualisme

1.Kerbau dan Burung Jalak
  • Dalam hubungan ini burung jalak dinutngkan karena mendapat makanan berupa kutu yang menempel pada tubuh kerbau
  • Dalam hubungan ini kerbau diuntungkan karena bersih dari kutu kutu yang telah dimakan oleh burung Jalak
2.Bunga dan Lebah
  • Dalam hubungan ini lebah memperoleh makanan dari bunga berupa sari bunga
  • Dalam hubungan ini bunga dibantu oleh lebah dalam proses penyerbukan
3.Zebra dan Burung Oxpecker
  • Dalam hubungan ini Burung Oxpecker mendapat makananan berupa parasit
  • Dalam hubungan ini Zebra diuntungkan karena parasit di tubuhnya dimakan dan juga burung oxpecker dapat memberi tanda seandainya ada pemangsa yang datang. Jika pemangsa datang burung ini akan segera pergi sambil menjerit
4. Ikan Badut dan Anemon Laut
  • Dalam hubungan ini ikan badut bisa bersembunyi pada anemon laut seandainya pemangsa datang. Ikan badut juga memperoleh makanan berupa parasit pada anemon laut
  • Dalam hubungan ini anemon laut dilindungi oleh ikan badut dari pemangsa dan juga parasit pada anemon laut akan dimakan oleh ikan badut
5.Buaya dan Burung Plover
  • Dalam hubungan ini burung plover memakan kotoran sisa makanan yang ada di gigi buaya
  • Dalam hubungan ini gigi buaya dibersihkan dan dihandarkan dari penyakit yang dapat disebabkan dari sisa makanan di giginya
6. Manusia dan Bakteri  Eschereria coli
  • Dalam hubungan ini manusia memperoleh vitamin B12 dari bakteri dan membantu proses pembusukkan
  • Dalam hubungan ini bakteri  Eschereria coli  memperoleh tempat untuk hidup
7. Kelelawar Berbulu Wol dan Kantung Semar
  • Dalam hubungan ini kelelawar berbulu wol mendapat tempat tinggal yang nyaman
  • Dalam hubungan ini kantung semar memperoleh makanan dari kotoran kelelawar berbulu wol
Demikian adalah Contoh Simbiosis Mutualisme

Empat Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Guru Profesional

guruprofesionalHanya sekedar mengingatkan buat rekan-rekan guru setanah air, karena pasti sebagian besar guru sudah mengetahui tentang empat standar kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Terlebih saat sekatang ini sudah hampir setengah dari jumlah guru di Indonesia sudah mempunyai sertifikat sertifikasi. Ini artinya mereka sudah lulus sebagai seorang guru profesional yang tentunya keempat kompetensi guru tersebut harus selalu di laksanakan di dalam kesehariannya dalam melaksanakan tugas.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut Finch & Crunkilton, (1992: 220) Menyatakan “Kompetencies are those taks, skills, attitudes, values, and appreciation thet are deemed critical to successful employment”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kompetensi meliputi tugas, keterampilan, sikap, nilai, apresiasi diberikan dalam rangka keberhasilan hidup/penghasilan hidup. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, dan penerapan dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja.
Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan sebagai alat pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dalam memperhatikan perilaku peserta didik belajar (Djohar, 2006 : 130).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Menurut Suparlan (2008:93) menambahkan bahwa standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
  • Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
  • Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
  • Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
  • Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
  • Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
  • Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
  • Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
  • Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
  • Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
  • Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
  • Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
  • Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).