Sunday, February 22, 2015

Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

Definisi dari Metode Penelitian pada dasarnya merupakan Cara Ilmiah Untuk Mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Cara Ilmiah didasarkan pada Ciri-Ciri Keilmuan :

  • Rasional artinya Masuk akal
  • Empiris artinya Bisa dibuktikan
  • Sistematis artinya Berdasarkan aturan yang ada
TUJUAN RISET
  • Penemuan artinya data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
  • Pembuktian artinya data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan tentang tentang informasi atau pengetahuan tertentu.
  • Pengembangan artinya memperdalam dan memperluas pengetahuan.
MENGAPA PERLU PENELITIAN
  1. Refleksi dari proaktif manusia, untuk meningkatkan pengetahuannya tentang sesuatu.
  2. Dorongan dari keinginan relatif manusia untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah dalam kehidupan.
JENIS-JENIS PENELITIAN
1. PENELITIAN MENURUT TUJUANNYA
  • Penelitian Murni artinya Penelitian untuk memahami permasalahan secara lebih mendalam atau untuk mengembangkan teori yang sudah ada.
  • Penelitian Terapan artinya Penelitian yang dilakuan untuk mendapatkan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah.
A. RESEARCH GAP (PENELITIAN MURNI) 
Penelitian Murni ( pure research ) LIPI memberi definisi sebagai berikut. Penelitian dasar adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau untuk menemukan bidang penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu. Artinya kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai namun dalam waktu jangka panjang juga akan terpakai.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis, atau disertasi. Karena penelitian murni lebih banyak digunakan di lingkungan akademik, penelitian tersebut memiliki karakteristik yaitu penggunaan konsep-konsep yang abstrak. Penelitian murni biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian murni lebih banyak ditujukan bagi pemenuhan keinginan atau kebutuhan peneliti, umumnya peneliti memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan ia teliti. Fokus peneliti ada pada logika dan rancangan peneliti yang dibuat oleh peneliti sendiri.
B. APPLIED RESEARCH (PENELITIAN TERAPAN)
Penelitian terapan ialah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Berarti hasilnya diharapkan segera dapat dipakai untuk keperluan praktis. Misalnya penelitian untuk menunjang kegiatan pembangunan yang sedang berjalan, penelitian untuk melandasi kebijakan pengambilan keputusan atau administrator.
Dilihat dari segi tujuannya, penelitian terapan berkepentingan dengan penemuan-penemuan yang berkenan dengan aplikasi dan sesuatu konsep-konsep teoritis tertentu
2. PENELITIAN TINGKAT EKSPLANASI
Penelitian Deskriptif
  • Digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat.
  • Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Contoh : Penelitian yang berusaha untuk menjawab bagaimana sebuah sistem (SIS-JRS) itu berjalan, dan menjalankan fungsinya. (kepada Para Seluruh Mahasiswa, untuk melakukan batal-tambah, misalnya.)
Penelitian Komparatif
  • Penelitian yang bersifat membandingkan.
  • Variabelnya sama tetapi dengan sample yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Contoh : Bagaimana Korelasinya, adakah perbedaan untuk kelas reguler dengan kelas lainnya.
Penelitian Asosiatif
  • Penelitian utk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
  • Paling tinggi dibanding 2 jenis penelitian lainnya.
  • Dapat dibangun suatu teori yg dapat menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan suatu gejala.
3. PENELITIAN JENIS DAN ANALISIS DATA
 METODE KUANITATIF dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah cukup mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metodepositivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
    Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
    Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. (Penyataan ini sudah menjawab problem saya mengapa uji normalitas dan homogenitas hanya perlu dilakukan pada kelas sampel saja
METODE KUALITATIF dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang temukan dilapangan.
    Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil pebelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
B. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Perbedaan aksioma (pandangan dasar) antara penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut.
Aksioma Dasar Metode Kuantitatif Metode Kualitatif
1. Sifat realitas | Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur | Ganda, holistic, dinamis, hasil konstruksi dan pemahaman
2. Hubungan peneliti dengan yang diteliti | Independen, supaya terbangun obyektivitas | Interaktif dengan sumber data supaya memperoleh makna
3. Hubungan variabel | Sebab-akibat (klausal) | Timbal balik/interaktif
4. Kemungkinan generalisasi | Cenderung membuat generalisasi | Transferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu)
5. Peranan nilai | Cenderung bebas nilai | Terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data
C. METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF (PENGGABUNGAN)
Menurut pandangan saya, kedua metode tersebut dapat digunakan bersama-sama atau digabungkan, tetapi dengan catatan sebagai berikut:
  1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.
  2. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan kualitataif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
  3. Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut telah difahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian.
4. PENELITIAN BERDASARKAN MASALAH
1. Penelitian Eksploratif Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokkan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
2. Penelitian Deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Analisis yang sering digunakan adalah: analisis persentase dan analisis kecenderungan.  Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum. Jenis penelitian deskriptif yang cukup dikenal adalah penelitian survei.
3. Penelitian Verifikatif Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Misalnya saja, masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit. Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang air tersebut mengandung zat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata.
RISET ILMIAH YANG BAIK
Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistimatik, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subyek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah “menyelidiki secara tuntas”.
Kualias riset tidak hanya dilihat dari hasil akhir riset saja, akan tetapi tergantung pada tiga faktur utama yaitu: IPO 
  • input
  • proses
  • output
untuk menilai kualitas penelitian yang baik ada beberapa kriteria diantaranya.
  • Memiliki tujuan yang jelas, berdasarkan pada permasalahan tepat.
  • Menggunakan landasan teori yang tepat dari metode penelitian yang cermat dan teliti.
  • Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji.
  • Dapat didukung (diulang) dengan menggunakan riset-riset yang lain, sehingga dapat diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya.
  • Memiliki tingkat ketepatan dan kepercayaan yang tinggi.
  • Bersifat Obyektif, artinya kesimpulan yang ditarik harus benar-benar berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.
  • Dapat Digeneralisasikan, artinya hasil penelitian dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas.
ETIKA RISET BISNIS
Kepada Responden :
  • Harus menjelaskan tentang manfaat dilakukannya penelitian.
  • Menjelaskan bahwa apa yang disampaikan responden akan dijaga kerahasiaannya.
  • Harus meminta ijin terlebih dahulu tentang kesediaan calon responden untuk menjadi responden.
  • Jika penelitian telah selesai. hendaknya responden diberitahu tentang hasil penelitian yang diperoleh.
Kepada Klien :
  • Etika atas kerahasiaan.
  • Etika atas mutu penelitian yang baik.
Kepada Asisten :
  • Peneliti harus mendesain penelitiannya sehingga keamanan asisten penelitian terjamin.
  • Asisten harus menjamin kebenearan datanya.
KRITERIA RISET BAIK UNTUK SAINS DAN TEKNOLOGI
Sebuah riset yang baik akan menghasilkan:
  1. Produk atau inovasi baru yang dapat langsung dipakai oleh industri (bukan hanya sebatas prototipe).
  2. Paten.
  3. Publikasi di jurnal internasional.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Pencarian kebenaran secara ilmiah dan non-ilmiah sudah saya bahas di artikel berjudul hakekat kebenaran. Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
TAHAPAN DALAM PROSES PENELITIAN
Tahapan-tahapan dalam penelitian merupakan pedoman peneliti untuk melakukan penelitian dengan cara yang benar. peneliti tidak dapat melakuan penelitian hanya dengan cara mengumpulkan data dan menganalisanya. tetapi peneliti harus berawal dari penemuan permasalahan dan berlanjut kepada tahapan-tahapan selanjutnya, Proses dalam sebuah penelitan ada 6 tahapan yaitu :
  1. Penemuan dan identifikasi masalah
  2. Desain riset
  3. Sampling
  4. Pengumpulan data
  5. Pemrosesan dan analisis data
  6. Kesimpulan dan laporan.
Indriyanto dan Supomo (1999) mengatakan proses penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi langkah-langkah antara lain :
  1. Masalah/pertanyaan penelitian,
  2. Telaah teoritis,
  3. Pengujian fakta, dan
  4. Kesimpulan.
Tahap-tahap ini umumnya berlaku untuk pendekatan penelitian kuantitatif. Proses penelitian ini memperjelas tahap-tahap penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2002). Langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah penelitian kuantitatif antara lain :
  • Masalah : Penelitian berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoritis, sebagai suatu aktivitas penelitian pendahuluan (prariset). agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan.
  • Rumusan Masalah : Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
  • Pengajuan Hipotesis : Masalah yang dirumuskan relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoritis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
  • Metode/Strategi Pendekatan Penelitian : Untuk menguji hipotesis maka peneliti memilih metode atau strategi atau pendekatan atau desain penelitian yang sesuai.
  • Menyusun Instrumen Penelitian : Langkah setelah menentukan metode/strategi pendekatan penelitian maka peneliti merancang instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data, misalnya angkat, pedoman wawancara, pedoman observasi dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen agar instrumen memang tepat dan layak untuk mengukur variabel penelitian.
  • Mengumpulkan dan Menganalisa Data : Data penelitian dikumpulkan dengan instrumen yang valid dan reliabel, dan kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data penelitian dengan alat uji statistik yang relevan dengan tujuan penelitian.
  • Kesimpulan : Langkah terakhir adalah  membuat kesimpulan dari data yang dianalisis. melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.
Didalam sebuah penelitian dikelompokan kedalam tiga tahapan yaitu Perancangan, Pelaksanaan, Penulisan Laporan.
TAHAP PERENCANAAN (PERSIAPAN)

Langkah-langkah penelitian yang masuk pada tahap ini adalah :
  1. Penentuan atau pemilihan masalah;
  2. Latar Belakang Masalah;
  3. Perumusan atau Identifikasi masalah;
  4. Telaah Kepustakaan;
  5. Tujuan dan kegunaan penelitian;
  6. Perumusan Hipotesisi
  7. Metode Penelitian;
  8. Penyusunan Administrasi Penelitian/Jadwal Penelitian.
Langkah-langkah tersebut ditulis biasanya ditulis dalam proposal (Outline penelitian) atau rancangan penelitian.
Pada tahap ini , sikap mental yang harus dimiliki oleh si peneliti adalah : aktif, kritis, dan skeptis. Aktif dalam mencari data, kritis dalam menimbang dan membandingkan data dengan masalah, serta skeptis karena masih ada yang diragukan.
TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN

Dalam tahap ini, ada empat langkah penelitian yang harus dilakukan :
  • Pengumpulan data;
  • Pengolahan data;
  • Analisis data;
  • Penafsiran hasil analisis.
Paaada tingkat langkah analisis, maka sikap mental yang perlu dimiliki oleh peneliti adalah : aktif, kritis, dan skeptis, artinya mencarai kenyataan yang terjadi di lapangan yang benar-benar ada.
TAHAP PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

Dalam hal isi laporan, maka harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
  • Berisi keseluruhan proses dan pengalaman penelitian didalam bentuk cerita/paparan/deskrisi naratif;
  • Laporan diperinci dalam bab dan sub-bab dengan judul yang tepat dan jelas, sehingga memudahkan pembaca dalam mencari bagian tertentu;
  • Kalimaat disusun dengan jelas daaan sederhana;
  • Istilah ditulis dengan tepat untuk menghindari kesalahpahaman;
  • Tata bahasa, ejaan, dan sistematika penulisan dilakukan menuruti peraturan yang ditentukan;
  • Penomoran bab, sub-bab, tabel, dan diagram yang ada ditulis dengan ajeg (konsisten).
  • Catatan kaki (footnote) digunakan untuk tiap kutipan yang ada.

Sumber : http://andriahmadgozali.ilearning.me/2014/02/11/dasar-dasar-metodologi-penelitian/

Friday, February 6, 2015

Sikap seorang pemikir kritis



 
Oleh Robert Todd Carrol, 2004
“Sebuah pikiran yang luas tidak dapat digantikan dengan kerja keras”
–Nelson Goodman_
“Baik guru dan pelajar tidur di kamar mereka masing-masing saat tidak ada musuh di lapangan.”
–John Stuart Mill, On Liberty

Seorang pemikir kritis bukan orang yang dogmatis bukan pula orang yang ceroboh. Ciri yang paling jelas dari sikap seorang pemikir kritis adalah keterbukaan pikiran dan skeptisme. Karakteristik ini tampaknya kontradiktif bukannya saling melengkapi. Di satu sisi, seorang pemikir kritis diharapkan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda dari sudut pandangnya sendiri. Di sisi lain, seorang pemikir kritis diharapkan mengenali klaim mana yang tidak memenuhi penyelidikan. Juga, kadangkala apa yang tampak seperti berpikiran terbuka sebenarnya kecerobohan dan apa yang tampak seperti skeptisme sebenarnya berpikiran tertutup. Bagi anda, anda berpikiran terbuka saat anda menghadapi sang paranormal mengenai bom di pesawat. Bagi bos anda, anda orang yang ceroboh. Di sisi lain, bila anda mengabaikan klaim sang paranormal dan menganggapnya berkhayal walaupun ia bermaksud membuktikan kemampuan paranormalnya dengan membaca pikiran anda, maka anda telah melintasi batas dari skeptisisme yang sehat menuju ke pemikiran yang tertutup.
Untuk ahli dan adil dalam mengevaluasi keyakinan dan perbuatan, anda perlu mencari berbagai sudut pandang dan posisi dalam isu yang ingin kita nilai. Berpikiran terbuka berarti bersedia memeriksa isu dari sebanyak mungkin sudut pandang, memeriksa point yang baik dan buruk dari beragam sisi yang akan diperiksa.
Salah satu tujuan dalam memeriksa posisi dan penalaran orang lain harusnya memburu kebenaran bukannya mencari kesalahan. Berpikiran terbuka tidak berarti semata mendengarkan atau membaca sudut pandang yang berbeda dari diri sendiri. Ini artinya menerima kalau orang lain dapat memikirkan sesuatu yang kita lebihkan atau kalau kita sendiri bisa salah. Ini mungkin menyakitkan, namun harus anda akui kalau boss anda telah membawa point yang bagus saat ia mengingatkan anda kalau tidak ada bukti ada yang mampu menggunakan kekuatan paranormal untuk menemukan bom di pesawat. Anda harus akui kalau anda salah karena tidak mempertimbangkan fakta ini.
Sebagian besar dari kita memiliki sedikit kesulitan dalam berpikiran terbuka mengenai masalah-masalah yang tidak penting bagi kita. Dalam kasus demikian, kemungkinan kalau kita salah tidaklah terlalu mengancam. Bila kita salah, kita dapat merubah pikiran kita tanpa merasa malu atau dipermalukan. Namun bila isu ini erat kaitannya dengan kita atau yang kita merasa keterikatannya kuat dengan kita, menjadi lebih sulit bagi kita untuk berpikiran terbuka. Semakin sulit untuk menerima fakta kalau kita mungkin salah atau bahwa pandangan lain mungkin lebih masuk akal daripada kita.
Bagaimana kita mengatasi kecenderungan untuk berpikiran tertutup pada isu yang penting? Pertama, kita harus mengatasi perasaan terancam saat sebuah keyakinan dilawan. Salah satu cara mengatasi perasaan ini adalah mencari sendiri keyakinan yang paling masuk akal dan cara paling masuk akal untuk bertindak.
Mendekati semua isu penting dengan pandangan untuk meningkatkan keyakinan anda tidak berarti kalau anda harus berpikir kalau pandangan anda salah. Ia memang menunjukkan kalau anda harus mampu mundur dari keyakinan anda untuk mengevaluasinya bersama dengan sudut pandang lain. Pastinya, setiap orang perlu seperangkat keyakinan untuk hidup secara bermakna. Namun, bila keyakinan tersebut tidak fleksibel dan tidak dapat berubah, kekakuannya sendiri akan melawan anda saat anda paling memerlukannya, yaitu di saat krisis pribadi.
Menjadi seorang pemikir kritis, dengan kata lain, memerlukan lebih dari sekedar menguasai sederetan keahlian; ia membutuhkan semangat atau sikap tertentu. Kadang semangat ini salah dipandang sebagai negatif semata. Sungguh, manfaat utama penggunaan kata ‘kritis’ adalah untuk menunjukkan sebuah titik untuk menemukan kesalahan atau menilainya dengan besar-besaran. Namun mengungkapkan kesalahan atau keburukan dalam penalaran sendiri atau orang lain hanyalah sebagian dari berpikir kritis. Seseorang harus menyuburkan skeptisme yang sehat bersama dengan kemampuan untuk berpikiran terbuka, khususnya saat mempertimbangkan sudut pandang yang bertentangan dengan diri sendiri. Terlalu banyak skeptisme membawa pada keraguan atas segalanya dan tidak membawa kemana-mana; terlalu sedikit skeptisme membawa pada kecerobohan. Kita tidak mesti terlalu menuntut sehingga kita menjadi yakin atau melakukan tindakan hanya bila kita mutlak tahu kalau kita benar. Di sisi lain, kita tidak boleh menerima klaim semata karena orang yang membuat klaim tampak “normal” atau karena mayoritas atau para ahli atau host acara talk show mengatakannya.
Di sisi lain, berpikiran terbuka tidak berarti kalau seseorang punya kewajiban untuk memeriksa setiap gagasan atau klaim yang dibuat. Sebagai contoh, saya telah mempelajari klaim keghaiban dan supernatural selama bertahun-tahun. Saat seseorang mengatakan alien telah menculiknya, namun ia tidak memiliki bukti fisik penculikannya, Saya tidak merasa perlu menyelidiki isu ini lebih mendalam. Namun bila satu-satunya bukti penculikan ini adalah bahwa orang yang diculik tidak ingat apa yang terjadi dengannya beberapa jam atau hari dan ia memiliki tanda di tubuhnya yang ia tidak dapat jelaskan – klaim umum orang yang merasa diculik – maka kecenderungan saya ada pada penjelasan alami atas hilangnya ingatan dan mengenai tanda tersebut. Ia mungkin berbohong karena ia tidak ingin orang lain tahu dimana ia waktu itu berada; atau ia menyingkirkan penyebab alami atau yang dibuatnya sendiri lalu kemudian bermimpi atau berkhayal. Sebagian besar dari kita memiliki goresan dan memar yang tidak kita ketahui asalnya. Apakah Saya berpikiran tertutup? Saya rasa tidak. Walau begitu, bertahun-tahun yang lalu, saat saya mendengar tentang UFO dan penculikan alien pertama kalinya, saya mungkin berpikiran tertutup dan tidak menyelidikinya. Saat seseorang mempelajari sebuah isu secara mendalam, berpikiran terbuka tidak berarti kalau anda harus membiarkan pintu terbuka dan membiarkan semua gagasan masuk untuk menyingkirkan jalan anda. Kewajiban anda satu-satunya adalah tidak mengunci pintu di belakang anda.
Seseorang yang berpikiran terbuka yang tidak berpengalaman dan tidak berpengetahuan mesti bersedia menyelidiki masalah yang tidak perlu diselidiki oleh orang yang berpengalaman dan berpengetahuan. Seorang pemikir kritis harus menemukan hal-hal untuknya sendiri, namun saat ia telah menemukannya ia tidak boleh menjadi berpikiran tertutup semata karena pendapatnya kini berpengetahuan! Jadi, lain kali anda mendengar seorang pendukung proyeksi astral, regresi kehidupan lalu, atau penculikan alien menuduh seorang skeptik berpikiran tertutup, coba pikirkan kemungkinan kalau sang skeptik tidak berpikiran tertutup. Mungkin ia telah tiba pada keyakinan yang berpengetahuan. Juga mungkin kalau sang penuduh adalah pendebat yang cerdas yang tau kalau menyerang seorang lawan dengan tuduhan berpikiran tertutup sering merupakan taktik yang sukses dalam seni persuasi.
Ada beberapa isu yang tidak mungkin membuat seseorang menjadi berpikiran terbuka. Saya memikirkan isu yang bukan, dengan meminjam istilah William James, pilihan yang hidup. Tidak mungkin bagi saya untuk mempertimbangkan secara serius klaim kalau Muhammad adalah Nabi, lebih dari kemungkinan bagi seorang Muslim mempertimbangkan kalau Siddhartha Gautama adalah inkarnasi ilahi. Sebelum seseorang dapat berpikiran terbuka dalam arti yang kita bahas disini, sebuah isu harus hidup bagi orang tersebut. Isu ini harus berada dalam lingkup keyakinan yang mungkin pada orang tersebut. Walau begitu, bahkan bila sebuah keyakinan bukan pilihan hidup bagi anda, adalah mungkin untuk berpikiran cukup terbuka untuk mencoba memahami apa yang membuat orang memiliki keyakinan tersebut. Tidak mungkin bagi saya percaya kalau Muhammad adalah Nabi, namun mungkin bagi saya untuk memahami terdiri dari apa sajakah keyakinan tersebut. Saya dapat mempelajari Islam, mendengarkan seorang muslim, dan mencoba memahami keyakinan mereka.
Saya akan mencoba mengklarifikasikan hubungan kompleks antara keterbukaan pikiran dan skeptisme dalam contoh lain, yang diambil dari seorang guru berpikir kritis, Connie Misimer. Ia menceritakan kisah di sebuah konferensi berpikir kritis. Seorang siswa percaya kalau mengucapkan sebuah mantra (frase yang diulang-ulang, seperti “Gopaugovinda, Gopaugovinda….”) saat ia berkendara mencari ruang untuk parkir akan membuatnya menemukan tempat parkir yang kosong. Sebagian besar guru berpikir kritis akan skeptik pada klaim kalau sebuah ucapan akan berpengaruh pada lalu lintas atau ruang parkir. Kita tidak akan menyelidiki klaim demikian karena kita akan menganggapnya absurd atau trivial begitu saja: absurd bila klaim kalau mengucapkan mantra menyebabkan ruang parkir terbuka; trivial bila ia berarti kalau ia selalu menemukan ruang parkir untuk mobilnya. Beberapa guru mungkin mengejek sang siswa karena ceroboh. Ibu Misimer, walau begitu, mengambil pendekatan lain. Ia menyarankan siswanya membuat percobaan terkendali untuk menguji klaimnya. Sang siswa dapat, misalnya, mengucapkan mantra sebarang hari secara acak dan mencatat apakah ia lebih sukses dalam hari dimana ia mengucapkan mantra. Ia perlu bantuan beberapa siswa lain untuk melakukan hal yang sama. Mereka dapat membandingkan catatan setelah beberapa minggu dan melihat apakah ada perbedaan dalam tingkat kesuksesan. Saya tidak perlu menjelaskan secara detil bagaimana hal ini membawa pada siswa yang akan memeriksa klaimnya secara kritis, dan menemukan sendiri klaim ini salah atau trivial. Point kuncinya adalah bahwa siswa tersebut mesti cukup berpikiran terbuka untuk bersedia menguji keyakinannya. Yang lain dengan pengalaman dan pengetahuan lebih banyak tidaklah berpikiran tertutup, walaubegitu, semata karena mereka tidak menguji klaimnya sendiri. Lebih jauh, semata menganggap klaim orang lain itu konyol, seberapapun benarnya pandangan tersebut, akan menutup perkembangan pemikiran kritis.
Kita perlu hati-hati agar tidak menjadi begitu cinta dengan keyakinannya sehingga ia tidak mampu mengenali saatnya untuk berubah. Ingat kalau Swiss lah yang menemukan jam tangan quartz namun gagal mempatenkannya karena mereka yakin dunia akan selalu membeli alat mekanik tradisional yang begitu ahli diproduksi Swiss. Kegagalan berpikiran terbuka untuk mempertimbangkan bahwa jam tangan quartz akan menjadi sangat populer membuat Swiss kehilangan miliaran dolar dan ribuan pekerjaan.
Akhirnya, sikap dari pemikir kritis harus ditandai oleh kerendahan hati intelektual. Apapun yang pada akhirnya kita yakini harus dipandang bersifat sementara (tentatif). Kita harus selalu siap memeriksa bukti dan argumen baru, bahkan bila pemeriksaan kita menemukan kalau keyakinan kita ternyata salah. Singkatnya, kesombongan, seperti dicatat oleh Socrates, tidak menguntungkan pemikir yang kritis. Walau begitu, seperti yang akan kita lihat, memiliki sifat yang benar belum cukup. Ada banyak faktor yang membatasi atau menutupi keinginan kita untuk menjadi pemikir kritis.

sumber : http://www.faktailmiah.com/2010/06/27/sikap-seorang-pemikir-kritis-berpikiran-terbuka-skeptis-dan-tentatif.html