Tinjauan Mata Kuliah
Apakah Anda sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca? Kalau
Anda belum mengetahuinya, Anda dapat mengikuti penjelasan yang ada dalam
mata kuliah membaca ini. Berkaitan dengan tujuan keingintahuan masalah
membaca, maka mata kuliah Membaca 1 yang berbobot 2 SKS ini menyajikan
enam pokok bahasan, yaitu hakikat dan proses membaca, jenis-jenis
membaca, langkah-langkah kegiatan membaca, faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca, membaca intensif dan ekstensif, serta
pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Pengkajian
terhadap topik-topik tersebut akan sangat bermanfaat bagi Anda sebagai
guru bahasa Indonesia dalam usaha meningkatkan kemampuan Anda dalam
berkomunikasi secara lisan.
Membaca merupakan jendela dunia, yang artinya dari membacalah semua informasi di seantero dunia ini dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Untuk memiliki kemampuan membaca yang baik diperlukan tentang teknik-teknik membaca yang baik. Di samping itu, sangat diperlukan latihan-latihan yang cukup sesuai dengan tujuan membaca yang dilakukan.
Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang hakikat dan proses membaca, jenis-jenis membaca, langkah-langkah kegiatan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, membaca intensif dan ekstensif, serta pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Secara rinci, tujuan yang ingin dicapai yaitu agar Anda dapat:
1. Menjelaskan hakikat dan proses membaca,
2. Menjelaskan jenis-jenis membaca,
3. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan membaca,
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
5. Menjelaskan membaca intensif dan ekstensif,
6. Menjelaskan pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.
Membaca merupakan jendela dunia, yang artinya dari membacalah semua informasi di seantero dunia ini dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Untuk memiliki kemampuan membaca yang baik diperlukan tentang teknik-teknik membaca yang baik. Di samping itu, sangat diperlukan latihan-latihan yang cukup sesuai dengan tujuan membaca yang dilakukan.
Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang hakikat dan proses membaca, jenis-jenis membaca, langkah-langkah kegiatan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, membaca intensif dan ekstensif, serta pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Secara rinci, tujuan yang ingin dicapai yaitu agar Anda dapat:
1. Menjelaskan hakikat dan proses membaca,
2. Menjelaskan jenis-jenis membaca,
3. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan membaca,
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
5. Menjelaskan membaca intensif dan ekstensif,
6. Menjelaskan pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta bobot sks-nya, materi mata kuliah ini dituangkan ke dalam enam modul yaitu:
Modul 1 : Hakikat dan proses membaca,
Modul 2 : Jenis-jenis membaca,
Modul 3 : Langkah-langkah kegiatan membaca,
Modul 4 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
Modul 5 : Membaca intensif dan ekstensif,
Modul 6 : Pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.
Modul 1 : Hakikat dan proses membaca,
Modul 2 : Jenis-jenis membaca,
Modul 3 : Langkah-langkah kegiatan membaca,
Modul 4 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
Modul 5 : Membaca intensif dan ekstensif,
Modul 6 : Pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.
Agar tujuan yang telah ditetapkan dapat Anda capai, Anda diharapkan
membaca dengan cermat setiap materi yang ada sesuai dengan petunjuk yang
ada di dalamnya. Jika perlu, Anda dapat berdiskusi dengan sesama teman
sejawat Anda apabila ada hal-hal yang belum Anda pahami benar, gunakan
kamus atau glosarium yang tersedia, bila Anda menjumpai kata-kata atau
istilah yang belum Anda pahami maknanya.
Untuk menguji pemahaman Anda akan materi yang sedang Anda pelajari, cobalah Anda menjawab pertanyaan latihan dan mencocokkan jawaban Anda dengan rambu-rambu jawaban yang tersedia. Setelah itu, baca rangkuman. Berdasarkan rangkuman itu Anda dapat memahami inti setiap materi yang disajikan. Setelah Anda benar-benar memahaminya, kerjakanlah tes formatif yang ada. Jika jawaban Anda betul 80% atau lebih, berarti Anda sudah memahami materi tersebut. Pada bagian akhir didaftarkan kata-kata atau istilah-istilah yang dianggap sulit yang dipakai di dalam uraian. Anda dapat melihat kata-kata itu dalam glosarium.
Satu hal yang sangat penting untuk Anda lakukan, yaitu berlatih membaca dari berbagai macam dan bentuk tulisan dalam buku. Tanpa mau berlatih atau sering membaca, pengetahuan yang Anda peroleh dari mata kuliah ini akan menjadi sangat sia-sia. Mintalah teman Anda kembali untuk menjadi pendengar sekaligus memberikan masukan atas latihan yang Anda lakukan. Seringlah banyak membaca dan berlatih berbicara, pasti Anda berhasil.
Selamat belajar!
Untuk menguji pemahaman Anda akan materi yang sedang Anda pelajari, cobalah Anda menjawab pertanyaan latihan dan mencocokkan jawaban Anda dengan rambu-rambu jawaban yang tersedia. Setelah itu, baca rangkuman. Berdasarkan rangkuman itu Anda dapat memahami inti setiap materi yang disajikan. Setelah Anda benar-benar memahaminya, kerjakanlah tes formatif yang ada. Jika jawaban Anda betul 80% atau lebih, berarti Anda sudah memahami materi tersebut. Pada bagian akhir didaftarkan kata-kata atau istilah-istilah yang dianggap sulit yang dipakai di dalam uraian. Anda dapat melihat kata-kata itu dalam glosarium.
Satu hal yang sangat penting untuk Anda lakukan, yaitu berlatih membaca dari berbagai macam dan bentuk tulisan dalam buku. Tanpa mau berlatih atau sering membaca, pengetahuan yang Anda peroleh dari mata kuliah ini akan menjadi sangat sia-sia. Mintalah teman Anda kembali untuk menjadi pendengar sekaligus memberikan masukan atas latihan yang Anda lakukan. Seringlah banyak membaca dan berlatih berbicara, pasti Anda berhasil.
Selamat belajar!
MODUL 1: HAKIKAT DAN PROSES MEMBACA
Kegiatan Belajar 1:
Kegiatan Belajar 1:
Hakikat Membaca
Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang
lazim disebut era sumber daya manusia, atau era sibermatika, seperti
sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut
literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias
prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah
bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan
perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada
kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada
pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan
sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi
agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin
canggih dan berkembang ini. Nalar manusia akan berkembang secara
maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan
adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan baca-tulis. Dengan demikian
kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini
sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak
meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya.
Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis, juga dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya.
Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang ditarik sebagai interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu. Dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.
Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis, juga dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya.
Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang ditarik sebagai interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu. Dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.
Kegiatan Belajar 2:
Membaca Sebagai Proses
Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu
sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca
yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi,
membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual,
membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses
perkembangan keterampilan.
Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.
Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.
Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.
Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.
Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.
Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Burnes Don and Glenda Page (ed.). (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group.
Burnes Don and Glenda Page (ed.). (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group.
Harris, L. Theodore (et.al) (ed.). (1983). Dictionary of Reading and Related Term. London: International Reading Asociation.
Harras K.A. (1995). Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni No.XXII 1995.
Harjasujana, A. (1988). Nusantara yang Literat: Secercah Sumbangsaran
terhadap Upaya Pengingkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. (Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung).
Harjasujana, A. (dkk.). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harjasujana, A, dan Vismaia Damaianti. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit Mutiara.
Olson, R. David (et.al) (ed.). (1983). Literacy, Language, and Learning. London: Cambridge University.
Richard T. Vacca and Jo Annel Vacca. (1987). Content Area Reading. Boston: Scott, Foresman and Company.
Smith, Frank. (1987). Understanding Reading: a Psikolinguistic
Analysis of Reading and Learning to Read. London: Lawrence Erlbaum
Asociates Publisher.
Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed.). (1989). Membaca dalarn Kehidupan. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed.). (1989). Membaca dalarn Kehidupan. Bandung: Angkasa.
MODUL 2: JENIS-JENIS MEMBACA
Kegiatan Belajar 1:
Kegiatan Belajar 1:
Membaca Berdasarkan Terdengar Tidaknya Suara Pembaca
Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu
membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca
dalam hati (silent reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara
(oral reading or aloud reading). Pada tataran yang paling rendah membaca
nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang
bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang
lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses pengkomunikasian isi
bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain (pendengar).
Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional.
Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional.
Kegiatan Belajar 2:
Membaca Berdasarkan Cakupan Bahan Bacaan
Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis
besar membaca dapat kita golongkan menjadi dua: membaca ekstensif
(extensive reading) dan membaca intensif (intensif reading). Membaca
ekstensif program membaca secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya
dan tujuannya sekadar untuk memahami isi yang penting- penting saja dari
bahan bacaan yang dibaca dengan menggunakan waktu secepat mungkin. Ada
tiga jenis membaca, yakni membaca survei (survei reading), membaca
sekilas skimming), membaca dangkal (superficial reading).
Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis. Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa I (linguistik study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca kritis (outical reading) dan membaca ide (reading for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literary reading).
Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis. Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa I (linguistik study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca kritis (outical reading) dan membaca ide (reading for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literary reading).
DAFTAR PUSTAKA
Harjasujana, Ahmad Slamet, (dkk). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harjasujana, Ahmad Slamet, (dkk). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harris, L. Theodore (et.al) (ed). (1983). Dictionery of Reading and Related Term. London: Heinemann Educational Book.
Soedarso. (1989). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Smith, Frank. (1986). Understanding Reading: A Psycholpnguistic
Analysis of Reading and Learnig to Read. London: Lawrence Erlbaum
Associate Publisher.
Tampubolon D.P. (1989). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
_________. (1986). Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa
MODUL 3: LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MEMBACA
Kegiatan Belajar 1:
Kegiatan Belajar 1:
Tahap-tahap dalam Kegiatan Membaca
Ada tiga langkah dalam kegiatan membaca, yaitu kegiatan pramembaca,
kegiatan membaca, dan kegiatan pascamembaca. Kegiatan Pramembaca, yaitu
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan membaca
sebagai jembatan untuk dapat memahami bacaan dan agar dapat melaksanakan
kegiatan pascamembaca dengan cepat dan mudah. Kegiatan membaca, yaitu
kegiatan memahami teks yang dibaca. Kegiatan pascamembaca, yaitu
kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan membaca
untuk mengecek atau menguji pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca.
Kegiatan Belajar 2:
Beragam Variasi Kegiatan Pramembaca
Disebut kegiatan pramembaca karena kegiatan ini dilaksanakan sebelum
seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan
pramembaca adalah memberikan pengetahuan awal terkait dengan aspek-aspek
bacaan yang hendak dipahami, melatih siswa mengetahui tujuan membaca,
dan memberikan motivasi dan rasa percaya diri. Kegiatan pramembaca
merupakan jembatan untuk mengaitkan beragam pengetahuan yang memiliki
keterkaitan dengan isi bacaan.
Ada beragam variasi kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa.
Ada beragam variasi kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa.
Kegiatan Belajar 3:
Beragam Variasi Kegiatan Tahap Membaca
Kegiatan pada tahap membaca adalah salah satu tahap kegiatan penting
dan utama dalam keseluruhan tahapan membaca. Seorang pembaca yang
efektif dan efisien terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dia membaca.
Setelah mengetahui tujuan membaca, seorang pembaca akan memilih
strategi membaca yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
Teknik skimming sangat cocok digunakan untuk membaca cepat dan menemukan gagasan inti bacaan secara cepat. Sedangkan teknik membaca scanning sangat tepat digunakan untuk menemukan informasi tertentu secara cepat dalam teks yang dibaca.
Teknik skimming sangat cocok digunakan untuk membaca cepat dan menemukan gagasan inti bacaan secara cepat. Sedangkan teknik membaca scanning sangat tepat digunakan untuk menemukan informasi tertentu secara cepat dalam teks yang dibaca.
Kegiatan Belajar 4:
Beragam Variasi Kegiatan Setelah Membaca
Disebut kegiatan pascamembaca karena kegiatan ini dilaksanakan
setelah seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama
kegiatan pascamembaca adalah untuk mengecek apakah apa yang dibaca telah
dipahami dengan baik oleh siswa. Kegiatan setelah membaca ini dapat
berupa tugas atau pertanyaan-pertanyaan terkait dengan teks yang dibaca.
Ada beragam variasi kegiatan pascamembaca. Kegiatan pascamembaca ini
tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan
dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca
dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan
dibelajarkan kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Carrell, P.L. (1988). Interactive approaches to second language reading. Cambridge: University Press.
Carrell, P.L. (1988). Interactive approaches to second language reading. Cambridge: University Press.
Ernawan, Mamun Dudy. (1989). Process Approach to the Teaching of
Reading to SMA Students in Indonesia. London: Ealing College Press.
Grellet, Francoise. (1981). Developing Reading Skills: A practical guide to reading comprehension exercise.
Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramdina.
Nuttall, Cristine. (1982). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books.
MODUL 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA
Kegiatan Belajar 1:
Kegiatan Belajar 1:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Pemahaman terhadap teks yang dibaca dipengaruhi oleh banyak faktor,
di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik
pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman
pembaca, ada teks yang tingkat kesulitannya rendah, sedang, dan tinggi.
Oleh karena itu, tingkat keterbacaan teks (readibility) adalah salah
satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks. Selain itu,
kemenarikan dan keotentikan teks juga merupakan syarat untuk memilih
teks yang baik.
Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks adalah: IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif.
Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks adalah: IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif.
Kegiatan Belajar 2:
Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
Membaca dengan kecepatan optimal dan memahami teks yang dibaca,
itulah konsep membaca cepat. Banyak manfaat membaca cepat, antara lain:
1) banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat, 2)
membaca memperluas wawasan, 3) membaca cepat meningkatkan kemahiran
berbahasa yang lain, 4) membaca cepat membantu Anda menghadapi
ujian/tes, dan 5) membaca cepat meningkatkan pemahaman terhadap teks
yang dibaca. Ada beberapa langkah yang dapat dipraktikkan untuk mengukur
kecepatan membaca seseorang. Dan ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.
Kegiatan Belajar 3:
Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring (Membaca Teks untuk Orang Lain)
Membaca nyaring adalah kegiatan membacakan teks untuk orang lain.
Kompetensi membaca nyaring dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia, antara lain sebagai berikut: membacakan beragam
teks berita; membacakan beragam teks laporan; membacakan beragam teks
percakapan; membacakan beragam teks pengumuman; dan membacakan beragam
teks perangkat upacara.
Kompetensi membaca nyaring adalah salah satu kecakapan hidup yang diperlukan sebagai bekal siswa untuk dapat bersaing di dunia kerja dan juga berguna dalam kehidupan siswa. Kompetensi membaca nyaring ini perlu dikuasai oleh semua mahasiswa calon guru (Bahasa dan Sastra Indonesia. Kompetensi yang andal dalam melaksanakan kegiatan membaca nyaring adalah salah satu prasyarat menjadi guru yang profesional, guru masa depan yang dapat melaksanakan pembelajaran tuntas (mastery learning) dan membelajarkan siswa agar dapat menguasai kompetensi secara tuntas pula (Depdiknas, 2003).
Beragam kegiatan yang dapat dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca nyaring adalah sebagai berikut: memahami isi teks dan memberikan tanda jeda pada teks, berlatih membacakan teks dengan intonasi, lafal, dan pemenggalan yang tepat, berlatih mengomentari hasil pembacaan, berlatih meningkatkan performansi pembacaan teks, misalnya: latihan vokal, intonasi, melafalkan kata-kata yang sulit, menyerasikan gerak dan ucapan, dan pernafasan.
Kompetensi membaca nyaring adalah salah satu kecakapan hidup yang diperlukan sebagai bekal siswa untuk dapat bersaing di dunia kerja dan juga berguna dalam kehidupan siswa. Kompetensi membaca nyaring ini perlu dikuasai oleh semua mahasiswa calon guru (Bahasa dan Sastra Indonesia. Kompetensi yang andal dalam melaksanakan kegiatan membaca nyaring adalah salah satu prasyarat menjadi guru yang profesional, guru masa depan yang dapat melaksanakan pembelajaran tuntas (mastery learning) dan membelajarkan siswa agar dapat menguasai kompetensi secara tuntas pula (Depdiknas, 2003).
Beragam kegiatan yang dapat dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca nyaring adalah sebagai berikut: memahami isi teks dan memberikan tanda jeda pada teks, berlatih membacakan teks dengan intonasi, lafal, dan pemenggalan yang tepat, berlatih mengomentari hasil pembacaan, berlatih meningkatkan performansi pembacaan teks, misalnya: latihan vokal, intonasi, melafalkan kata-kata yang sulit, menyerasikan gerak dan ucapan, dan pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki dan Hasanuddin W.S. (1990). Pembacaan Karya Susastra Sebagai Suatu Seni Pertunjukan. Padang: Angkasa Raya.
Atmazaki dan Hasanuddin W.S. (1990). Pembacaan Karya Susastra Sebagai Suatu Seni Pertunjukan. Padang: Angkasa Raya.
Balai Pustaka. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
BBC Siaran Indonesia. (Maret, 2004). “Warta Berita.”
Chall, Jeane S. (1984). Readability and comprehension: continuities
and discountinuities. Disunting oleh Flood, Understanding Reading
Comprehension. Delaware: International Reading Association, Inc.
Depdikbud. (1989). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia. Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta: Depdiknas.
Djiwandono, M. Soenardi. (1988). A Closer look at cloze test. Dalam Tellin Journal, Vol. 1.
Ginting Setia. (1989). Kajian tentang metode uji keterbacaan sebagai
penentu keefektifan materi bacaan. Tesis. Malang: FPS IKIP Malang.
Hafni. (1981). Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca. Jakarta: PPPG.
Harsiati, Titik. (1993). Tingkat Keterbacaan Buku Teks Membaca Siswa
Sekolah Dasar se Kodya Malang. Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang.
Klare, George R. (1984). Readability Reading dalam Pearson P. David. Handbook of Reading Research. New York and London: Longman, Inc.
Klare, George R. (1984). Readability Reading dalam Pearson P. David. Handbook of Reading Research. New York and London: Longman, Inc.
Nuttall, Christine. (1985). Teaching Reading Skill in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books, Ltd.
Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan Malang: YA3 Malang.
Oller, John W. (1979). Language Test at School. London: Longman Group, Ltd.
Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramdina.
Taryono dan Imam Agus Basuki. (1996). Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Malang: IKIP Malang.
MODUL 5: MEMBACA INTENSIF DAN EKSTENSIF
Kegiatan Belajar 1:
Kegiatan Belajar 1:
Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu
teks secara tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah
kemampuan memahami detail secara akurat, lengkap, dan kritis terhadap
fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang
ada pada wacana tulis.
Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral, interpretatif, kritis, dan evaluatif.
Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca kompres-hensif merupakan proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara menyeluruh. Kemampuan membaca intensif mencakup 1) kemampuan pemahaman literal, 2) pemahaman inferensial, 3) pemahaman kritis, dan 4) pemahaman kreatif.
Karakteristik membaca intensif mencakup 1) membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama, 2) membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks, 3) cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama, 4) membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain), 5) tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana, 6) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca, 7) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dan 8) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya)
Teknik-teknik membaca intensif dapat berupa SQ3R, OPQRST, dan KWLU. Teknik tersebut melatih dan membekali pembaca dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Teknik-teknik membaca intensif ini didasari oleh teori skemata. Teori skemata ini mencetuskan gagasan bahwa inti dari pemahaman dimainkan oleh suatu struktur kognitif yang disebut skemata.
Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral, interpretatif, kritis, dan evaluatif.
Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca kompres-hensif merupakan proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara menyeluruh. Kemampuan membaca intensif mencakup 1) kemampuan pemahaman literal, 2) pemahaman inferensial, 3) pemahaman kritis, dan 4) pemahaman kreatif.
Karakteristik membaca intensif mencakup 1) membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama, 2) membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks, 3) cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama, 4) membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain), 5) tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana, 6) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca, 7) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dan 8) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya)
Teknik-teknik membaca intensif dapat berupa SQ3R, OPQRST, dan KWLU. Teknik tersebut melatih dan membekali pembaca dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Teknik-teknik membaca intensif ini didasari oleh teori skemata. Teori skemata ini mencetuskan gagasan bahwa inti dari pemahaman dimainkan oleh suatu struktur kognitif yang disebut skemata.
Kegiatan Belajar 2:
Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan
pada pemahaman umum. Dalam program membaca ekstensif seseorang dituntut
untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul buku/artikel/berita dengan
topik-topik yang sudah populer. Dalam program membaca ekstensif
kemampuan dan kemauan membaca seseorang diamati secara teratur baik
dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca sendiri. Catatan
harian dan buku laporan digunakan bersama dengan catatan judul dan
komentar terhadap apa yang dibaca.
Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya.
Membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik yang meliputi 1) membaca sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas), 2) topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi, 3) pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat), 4) tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan pemahaman umum terhadap isi teks/wacana, 5) dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri, 6) pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca, 7) bersifat individual dan bersifat membaca senyap, 8) Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih, 9) kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat), 10) menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang sulit, 11) pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca), dan 12) membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks.
Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya.
Membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik yang meliputi 1) membaca sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas), 2) topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi, 3) pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat), 4) tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan pemahaman umum terhadap isi teks/wacana, 5) dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri, 6) pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca, 7) bersifat individual dan bersifat membaca senyap, 8) Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih, 9) kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat), 10) menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang sulit, 11) pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca), dan 12) membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, T. (1994). ”Intensive” versus ”Extensive” Reading: A Study of the Use of Graded Readers as Supplementary Input Material to Traditional ”Intensive” Reading Techniques. Unpublished MA TEFL Dissertation. University of Reading.
Bell, T. (1994). ”Intensive” versus ”Extensive” Reading: A Study of the Use of Graded Readers as Supplementary Input Material to Traditional ”Intensive” Reading Techniques. Unpublished MA TEFL Dissertation. University of Reading.
Bell, T., & Campbell, J. (1996). Promoting Good Reading Habits: The Debate. Network 2/3 (pp 22-30).
__________________. (1997). Promoting Good Reading Habits Part 2: The Role of Libraries. Network 2/4 (pp 26-35).
Davis, C. (1995). Extensive reading: an expensive extravagance? English Language Teaching Journal 49/4 (pp 329-336).
Grabe, W. (1991). Current developments in second language reading research. TESOL Quarterly 25/3: 375-406.
Hafiz, F. M., & Tudor, I. (1989). Extensive reading and the
development of language skills. English Language Teaching Journal, 43,
(pp 4-13).
Kalb, G. (1986). Teaching of extensive reading in English instruction
at the senior gymnasium level. Die Neueren Sprachen, 85, (pp 420-430).
Kembo, J. (1993). Reading: Encouraging and Maintaining Individual Extensive Reading. English Teaching Forum, 31/2, (pp 36-38).
Krashen, S. D. (1982). Principles and Practice in Second Language Acquisition. New York: Prentice Hall.
___________. (1984). Writing: Research, Theory and Applications. New York: Prentice Hall.
Nagy, W., & Herman, P. (1987). Breadth and depth of vocabulary knowledge: Implications for acquisition and instruction. In Mckeown, M., & Curtis, M. (eds), The nature of vocabulary acquisition. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum. (pp 19-35).
Nagy, W., & Herman, P. (1987). Breadth and depth of vocabulary knowledge: Implications for acquisition and instruction. In Mckeown, M., & Curtis, M. (eds), The nature of vocabulary acquisition. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum. (pp 19-35).
Nunan, D. (1991). Language Teaching Methodology: A Textbook For Teachers. London: Prentice Hall.
Nurhadi. (1989). Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru.
Nuttall, Christine. (1989). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books.
Pickard, N. (1996). ‘Out-of-class language learning strategies.’ English Language Teaching Journal, 50/2, (pp 151-159).
Richard R. Day & Julian Bamford.(2002). Extensive Reading in the Second Language Classroom. (Cambridge University Press)
Robb, T. N., & Susser, B. (1989). Extensive Reading vs Skills
Building in an EFL context. Reading in a Foreign Language, 5/2, (pp
239-249).
Soedarso. (1988). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia
Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-guru Bahasa Indonesia 1980).
Stotsky, S. (1983). Research on reading/writing relationships: A
synthesis and suggested directions. Language Arts, 60, (pp 627-642).
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa
Tsang, Wai-King. (1996). Comparing the Effects of Reading and Writing
on Writing Performance. Applied Linguistics 17/2, (pp 210-223).
Wodinsky, M., & Nation, P. (1988). Learning from graded readers. Reading in a Foreign Language 5: (pp 155-161).
Internet TESL Journal, Vol. IV, No. 12, December 1998.
http://iteslj.org/Articles/Bell-Reading.html.[EPER
http://www.ials.ed.ac.uk/epermenu.html]
MODUL 6: PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA SKIMMING DAN SCANNING
Kegiatan Belajar 1:
Kegiatan Belajar 1:
Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Skimming
Teknik membaca skimming salah satu teknik membaca cepat. Membaca
dengan teknik skimming berarti kita secara cepat membaca sekilas teks
untuk menentukan ide-ide penting dari teks. Awal skimming dapat
menggunakan tanda-tanda organisasional yang digunakan penulis seperti
subjudul, ringkasan, penggunaan tanda tertentu yang menunjukkan
pentingnya suatu informasi (tanda italic, garis bawah, cetak tebal, dan
sebagainya).
Pada waktu melakukan skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-bagian tertentu yang dianggap kurang penting. Ketika kita membaca sekilas kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari.
Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh isi teks. Seseorang menggunakan skimming untuk memutuskan apakah suatu buku akan dipilih/tidak. Skimming sering digunakan untuk melakukan tinjauan awal (previewing) untuk mengetahui isi umum suatu teks/buku.
Seseorang melakukan skimming untuk 1) mengenali topik bacaan atau memilih bacaan, 2) mengetahui pendapat seseorang secara umum, 3) mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, 4) melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca, dan 5) mensurvei buku yang akan dibaca.
Skimming dilakukan dengan cara 1) memahami dan menemukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak informasi penting dari suatu buku), 2) membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu bacaan (contoh, ilustrasi, paragraf transisi), 3) detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lama-lama, 4) paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang dibicarakan, 5) membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting dari teks. Selanjutnya, kita dapat memperluas skimming dengan membaca indeks, isi tabel, atau bagian yang penting lainnya.
Pada waktu melakukan skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-bagian tertentu yang dianggap kurang penting. Ketika kita membaca sekilas kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari.
Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh isi teks. Seseorang menggunakan skimming untuk memutuskan apakah suatu buku akan dipilih/tidak. Skimming sering digunakan untuk melakukan tinjauan awal (previewing) untuk mengetahui isi umum suatu teks/buku.
Seseorang melakukan skimming untuk 1) mengenali topik bacaan atau memilih bacaan, 2) mengetahui pendapat seseorang secara umum, 3) mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, 4) melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca, dan 5) mensurvei buku yang akan dibaca.
Skimming dilakukan dengan cara 1) memahami dan menemukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak informasi penting dari suatu buku), 2) membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu bacaan (contoh, ilustrasi, paragraf transisi), 3) detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lama-lama, 4) paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang dibicarakan, 5) membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting dari teks. Selanjutnya, kita dapat memperluas skimming dengan membaca indeks, isi tabel, atau bagian yang penting lainnya.
Kegiatan Belajar 2:
Hakikat dan Karakteristik Scanning (Membaca Memindai)
Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik
secara cepat dan akurat. Memindai artinya terbang di atas
halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu
halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan.
Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.
Dalam kehidupan sehari-hari scanning digunakan, antara lain untuk: mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks, mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, melihat daftar perjalanan, mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi, dan menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam daftar.
Karakteristik membaca memindai (scanning) adalah (1) scanning mencakup pencarian secara cepat dengan gerakan mata dari atas ke bawah menyapu seluruh teks untuk mencari fakta khusus, informasi khusus, atau kata-kata kunci tertentu, (2) manfaat scanning adalah dapat mencari informasi dalam buku secara cepat, (3) scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca, (4) pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, dan (5) pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari.
Scanning dilakukan dengan cara (1) menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan, (2) setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan (3) pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya). Dengan pemahaman tersebut diharapkan dapat menemukan informasi secara lebih cepat.
Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.
Dalam kehidupan sehari-hari scanning digunakan, antara lain untuk: mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks, mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, melihat daftar perjalanan, mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi, dan menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam daftar.
Karakteristik membaca memindai (scanning) adalah (1) scanning mencakup pencarian secara cepat dengan gerakan mata dari atas ke bawah menyapu seluruh teks untuk mencari fakta khusus, informasi khusus, atau kata-kata kunci tertentu, (2) manfaat scanning adalah dapat mencari informasi dalam buku secara cepat, (3) scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca, (4) pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, dan (5) pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari.
Scanning dilakukan dengan cara (1) menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan, (2) setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan (3) pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya). Dengan pemahaman tersebut diharapkan dapat menemukan informasi secara lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Burmeister, L.E. (1978). Reading Strategies for Middle and Secondary School Teachers. California: Addison-Wesley Publishing Company.
Burmeister, L.E. (1978). Reading Strategies for Middle and Secondary School Teachers. California: Addison-Wesley Publishing Company.
Burnes, D. & Page, G. (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sidney: Harcourt Brace Javanovich Group.
Carrell, P.L. (1988) Interactive Approaches to Second Language Reading. Cambridge University Press.
Davies, E and Whitney, N. (1982). Strategies for Reading. New York: Heinemann Ed. Book.
Dixon, C.N., and Nessel, D. (1983). Language Experience Approach to
Reading (and Writing): LEA for ESL. Hayward, Cal.: Alemany Press.
Ernawan, Ma’mun Dudy. (1989). Process Approach to the Teaching of
Reading to SMA Students in Indonesia. London: Ealing College Press.
Grellet, Francoise. (1981). Developing Reading Skills: A practical guide to reading comprehension exercise.
Harjasujana, A.S. (1988). Materi Pokok Membaca. (Modul UT). Jakarta: Karunika.
Kemb, J. 1993. Reading: Encouraging and Maintaining Individual Extensive Reading. English Teaching Forum, 31/2, (pp 36-38).
Marzano, Robert, dkk. (1992). Dimensions of Thinking: Laporan
Penelitian Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria: ASCD.
Nurhadi. (1989). Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru.
Nuttall, Christine. (1989). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books.
Mikulecky, B & Jeffries, L (1986) Reading Power. Massachusetts: Addisan Wesley.
Soedarso. (1988). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-Guru Bahasa Indonesia 1980).
0 comments:
Post a Comment