Tulisan ini sambungan dari Kreatif dan Kritis: Tentang Proses Menulis
Lalu bagaimana
cara mengajak kerjasama tugas kreatif dan kritis dalam menulis?
Diperlukan terlebih dahulu definisi menulis dari Philip Vassallo
(penulis buku How To Write Fast Under). Menurutnya, menulis
setidaknya harus melewati tiga langkah dasar. Yaitu merencanakan,
menyusun dan mengontrol. Merencanakan adalah mengumpulkan segala ide
menulis dengan spontanitas atau brainstorming lalu
mengorganisasi segala ide tersebut. Menyusun adalah menulis salinan
kasar atau disebut draft dari segala ide yang sudah diorganisasi.
Sedangkan mengkontrol adalah mengendalikan kualitas draft dengan cara
mengedit, merevisi serta mengkoreksinya dari berbagai kesalahan (proofreading).
Merencanakan
Ketika merencanakan,
pikiran kreatif bertugas mengumpulkan segala ide menulis dengan
spontanitas atau brainstorming. Sedangkan pikiran kritis bertugas
mengorganisasi segala ide yang telah terkumpul. Ingat, kata kunci dari
brainstorming adalah spontanitas yang berarti mengandaikan menulis
daftar ide dengan cepat secepat ide-ide penulis berloncatan dari otak.
Lebih jauh ketika tugas brainstorming sedang penulis jalani jangan
menghentikannya dengan pikiran kritis. Dampaknya kalau berhenti di
tengah proses brainstorming, ide-ide yang masih mengawang di pikiran
kreatif akan terlupa.
Contoh, mari mengumpulkan ide menulis dengan tema “menulis.” Alat pengumpulnya dengan rumus 5 W + 1 H (What, When, Why, Who, Where + How).
1. Apa itu menulis?
2. Kapan waktu yang tepat untuk dapat fokus menulis?
3. Mengapa menulis perlu fokus?
4. Siapa contoh penulis kompasiana yang tulisannya fokus?
5. Dimana dapat kita temukan penulis yang tulisannya fokus?
6. Bagaiamana cara menulis agar tulisan kita fokus?
Perhatikan daftar
tersebut, ya benar temanya “menulis” namun terlihat masih acak: Apa yang
mau ditulis? Tentang fokus menulis, proses menulis atau tentang apa?
Yang perlu diperhatikan, tugas brainstorming harus diselesaikan terlebih
dahulu. Nah disinilah tugas pikiran kritis untuk mengorganisirnya.
Dalam
mengorganisasi segala ide, diperlukan suatu alat penyusun. Alat
penyusunnya dinamakan sudut pandang penulis (dapat disebut angle, slant atau pun sub-tema). Mari menyusun enam daftar ide di atas dengan sudut pandang: Penulis Personal Brand.*
1. Siapa contoh penulis kompasiana yang tulisannya fokus?
2. Dimana dapat kita temukan penulis yang tulisannya fokus?
3. Mengapa menulis perlu fokus atau mengapa penulis perlu personal branding?
4. Apa itu menulis fokus atau personal branding?
5. Kapan waktu yang tepat untuk dapat menulis personal branding?
6. Bagaimana cara menulis agar tulisan kita disebut personal branding?
Perhatikan daftar
di atas, nomer 1 dimulai dari “siapa” karena penyusunannya (selain
mengunakan: Sudut pandang), juga didasarkan pada: Awal alinea yang
langsung menarik pembaca. Nah salah-satu tips untuk menarik pembaca di
awal alinea adalah menggunakan ilustrasi contoh yang mempertanyakan
“siapa.” Akan tetapi dalam hal pengorganisasian ini, penulis terserah
harus memulai dari mana: Apa dari ketertarikan pembaca atau dari hal
yang lain. Segitu dulu sharing saya untuk diri saya pribadi yang sedang buntu menulis.
*Catatan: istilah angle biasanya digunakan oleh para wartawan, istilan slant biasanya digunakan oleh para penulis opini atau esai, dan istilah sub-tema biasanya digunakan dalam perlombaan menulis.
0 comments:
Post a Comment