Sunday, November 9, 2014

VARIASI DAN VARITAS BAHASA

A. Perbedaan Variasi dan Varitas Bahasa

Variasi bahasa dan varitas bahasa tidaklah sama. Dalam variasi bahasa,dikaji penggunaan bahasa yang tidak sama serta dialek yang tidak sama. Misalnya, bahasa Batak, ahasa Minang yang ada di Indonesia. Sedangkan varitas bahasa, mengkaji tentang pebedaan bahasa dan perbedaan dialeknya. Misalnya, Bahasa Minang dialek Payakumbuh.

B. Pengklasifikasian Varitas Bahasa
1. Varitas Bahasa dari Segi Penuturnya

a. Idiolek
Idiolek adalah varitas bahasa yang bersifat peseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai varitas bahasanya, atau idioleknya masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.
Namun yang paling dominan adalah warna suara, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.
Mengenali idiolek seseorang dari bicaranya memang lebih mudah daripada melalui karya tulisnya. Masing-masing orang memiliki idiolek yang berbeda-beda. Misalnya, Presiden Soeharto mengatakan “ken”.

b. Dialek
Dialek adalah varitas bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area temapat tingal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional, atau dialek geografi. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memilki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada suatu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Misalnya, Si A bahasa Minang dialek Payakumbuh.

c. Kronolek
Kronolek atau dialek temporal adalah varitas bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial apada masa tertentu. Misalnya, bahasa Indonesia tahun tiga puluhan, lima puluhan, tujuh puluhan. Karena bahasa itu berubah dan selalu berkembang, maka hadirlah kronolek.

d. Sosiolek
Sosiolek atau dialek sosial adalah varitas bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Dalam sosioloinguistik biasanya varitas inilah yang paling banyak dibicarakan karena varitas ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, seks, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan ini biasanya bukanlah berkenaan dengan isinya, isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi, sintaksis, dan juga kosakata.
Contoh:
1) Bahasa yang digunakan ibu-ibu berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
2) Bahasa yang digunakan koran Haluan berbeda dengan bahasa yang digunakan koran Media Indonesia.

2. Varitas Bahasa dari Segi Sosial Para Penuturnya
a. Akrolek
Akrolek adalah ragam bahasa yang dianggap lebih tinggi dan bergengsi daripada ragam sosial lainnya. Misalnya, bahasa Bagongan, yaitu varitas bahasa Jawa yang khusus digunakan oleh para bangsawan keratin Jawa.   
b. Basilek
Basilek adalah ragam bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau dipandang rendah dibandingkan dengan ragam-ragam sosial lainnya. Misalnya, bahasa Jawa “Krama Ndesa”. Atau
bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Mandarin, dan Arab yang dinilai lebih rendah dibanding bahasa Inggris.
c. Vulgar
Vulgar adalah varitas sosial yang ciri-cirinya digunakan oleh kelompok yang kurang terpelajar atau kurang berpendidikan. Misalnya, bahasa di Eropa dianggap bahasa vulgar oleh golongan intelek Romawi yang menggunakan bahasa Latin dalam segala kegiatan mereka.
d. Slang
Slang merupakan varitas bahasa yang bersifat khusus atau rahasia yang hanya diketahui oleh golongan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang digunakan dalam slang selalu berubah-ubah. Karena slang ini bersifat kelompok dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng dan penjahat. Padahal sebenarnya tidaklah demikian.
Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam slang seringkali berubah. Artinya, slang bersifat temporal, karena slang pada suatu saat akan dilupakan dan muncul slang lain yang lebih baru. Jadi, ciri khas slang adalah bidang kosakata, bukan fonologis tau gramatikal (morfologis dan sintaksis). Misalnya, prokem yang kosakatanya berubah-ubah.
e. Kolokial
Kolokial merupakan varitas bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kolokial berarti bahasa percakapan bukan bahasa tulis. Misalnya, ndak ada, prof., dok.
f. Jargon
Jargon (= Inggris:Jargon) adalah pemakaian bahasa dalam setiap bidang kehidupan. Setiap bidang keahlian, jabatan, lingkungan pekerjaan, masing-masing mempunyai bahasa khusus yang sering tidak mengerti oleh kelompok lain. Artinya, jargon merupakan varitas bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu secara terbatas. Ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar kelompoknya.
Namun, ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia. Misalnya, Produser ada kata-kata cut, action,dan lain sebagainya.
g. Argot
Argot merupakan varitas bahasa yang digunakan secara terbatas dan profesi tertentu yang bersifat rahasia. Letak kekhususan argot adalah pada kosakata. Misalnya, bahasa pencuri; tape adalah korban yang barangnya dicuri.
h. Ken
Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada memelas, dibuat-buat, merengek-rengek, dan penuh dengan kepura-puraan. Ken (= cant) ialah sejenis slang, tetapi sengaja dibuat untuk merahasiakan sesuatu kepada kelompok lain. Pada hal muda-mudi hal ini terasa sekali. Misalnya, bahasa pengemis.
i. Glosolalia
Glosolalia adalah varitas ujaran yang dituturkan ketika orang sedang kesurupan (trance). Varitas bahasa ini lazim ditemukan pada bahasa dukun ketika bekerja, misalnya mengobati orang sakit.
j. Rol
Rol adalah varitas bahasa yang dipergunakan seseorang ketika mengemban peran tertentu dalam suatu komunikasi.

3. Varitas Bahasa dari Segi Pemakaian/fungsional/register
a. Bidang Sastra
Kalau dalam bahasa umum orrang mengungkapkan sesuatu secara lugas dan polos, tetapi dalam ragam bahasa sastra akan diungkapakan secara estetis. Misalnya, dalam bahasa umum orang akan mengatakan “ Saya sudah tua” tetapi dalam bahasa sastra Ali Hasjmi, seorang penyair bahhasa Indonesia mengatakan Dalam bentuk puisi.
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
 
b. Bidang Jurnalistik
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karean keterbatasan ruang (dalam media cetak) dan keterbatasan waktu (dalam media elektronika).
Dalam bahasa Indonesia ragamm jurnalistik dikenal dengan sering ditanggalkannya awalan me- atau awalan ber- yang dalam ragam bahasa baku harus digunakan. Umpamanya kalimat “Gubernur tinjau daerah banjir” (dalam bahasa baku berbunyi “Gubernur mengunjungi daerah banjir”).

c. Bidang Militer
Ragam bahasa miiliter dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam militer di Indonesi dikenal dengan cirinya yang memerlukan ketegasan dan keringkasan yang dipenuhi dengan berbagai singkatan dan akronim.

d. Bidang Ilmiah
Dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam metafora dan idiom. Bebas dari segala keambiguan karena bahasa ilmiah harus memberikan informasi keilmuan secara jelas, tanpa keraguan akan makna, dan terbebas dari kemunkinan tafsiran makna yang berbeda.

4. Varitas Bahasa dari Segi Keformalan
a. Ragam Beku (frozen/oratorical)

Merupakan varitas bahasa dalam kondisi khidmat dan upacar-upacara resmi. Biasanya dipergunakan oleh pembicara yang profesional, tukang pidato sehingga orang tertarik dengan pembicaraannya. Kalimat-kalimat yang menggunakan kata bahwa, maka, hatta, dan sesungguhnya menandai ragam beku aritas tersebut.
Susunan kalimat dalam ragam beku biasanya panjan-panjang, bersifat kaku;kata-katnya lengkap. Dengan demikian para penutur dan pendengar ragam beku dituntut keseriusan dan perhatian penuh. Misalnya, bahasa yang digunakan pada upacara kenegaraan, tata cara pengambilan sumpah, akte notaries, bahasa UUD, bahasa khotbah, dan surat-surat keputusan.

b. Ragam Bahasa Resmi (formal/deliberative)
Merupakan varitas bahasa dalam situasi resmi. Ragam resmi digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar.
Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi, dan tidak dalam situassi yang tidak resmi. Jadi, percakapan antar teman yang sudah karib atau percakapan dalam keluarga tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi pembicaraan dalam acara peminangan, pembicaraan dengan seorang dekan di kantornya, atau diskusi dalam ruang kuliah adalah menggunakan ragam resmi ini. Ragam resmi ditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan yang disengaja.
Baik oratorikal maupun deliberative sama-sama bersifat monolog.

c. Ragam Usaha (Consultative)
Merupakan varitas bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorienasi kepada hasil dan produksi. Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling operasional.
Wujud ragam bahasa ini berada di antara ragam formal dan ragam informal atau ragam santai. Ragam ini terdapat dalam transaksi perdagangan di mana terjadi dialog karena orang membutuhkan persetujuan antara keduanya.

d. Ragam Santai (Kasual)
Merupakan varitas bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dan sebagainya.
Ragam santai ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipengaruhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah. Demikian juga dengan struktur morfologis dan sintaksisnya. Seringkali struktur morfologis dan sintaksis yang normatif tidak digunakan. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan di anatar kedua pihak yang berkomunikasi.

e. Ragam Akrab (Intimate)
Merupakan varitas bahasa yang digunakan dalam hubungan dekat antara penutur dan lawan tutur seperti antar anggota keluarga atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, atau pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas. Hal ini terjadi karena di antara partisipan sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama.
(Chaer dan Agustina, 2004)

5. Varitas Bahasa dari segi Sarana
a. Ragam Lisan

Merupakan varitas bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu dengan cara berbicara.
Contoh: Adanya dialog antara si A dan si B secara lisan.
b. Tulis
Merupakan varitas bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau sesuatu dengan cara memakai alat tulis.
Contoh: Pengumuman tertulis.

C. Aplikasi Dalam Pembelajaran
Variasi dan varitas bahasa sangat penting dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka seorang guru harus mampu mnegetahui keragaman bahasa tersebut. Dari sini jugalah kesadaran berbahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat perlukan. Penerapan bahasa Indonesia sebagai penyatu seluruh variasi dan varitas bahasa yang ada di Indonesia sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Variasi bahasa dari segi sarana bisa dikatakan nyawa dari proses pengajaran itu sendiri. Dengan menggunakan bahasa lisanlah interaksi antar siswa dan guru bisa terjalin. Belum lagi bahasa tulis yang juga menjadi nafas pengajaran itu.
Selain itu variasi bahasa dari segi keformalan juga sangat penting dalam pendidikan. Pengajaran tentang penggunaan bahasa sesuai dengan kondisi. keformalan adalah bekal bagi siswa dalam dunia pendidikan maupun kehidupannya nanti.
 
SUMBER
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik:Perkenalan Awal. Jakarta:Rineka Cipta.
Nursaid. 200. Sosiolinguistik (Bahan ajar). Padang:Universitas Negeri Padang.
Pateda, Mansoer. 2000. Sosiolinguistik. Bandung:Angkasa Bandung.
Tressyalina. . Sosiolinguistik (Bahan Ajar). Padang:UNP.

0 comments:

Post a Comment