Monday, November 17, 2014

Tata Bunyi Bahasa Indonesia


BAB I. PENDAHULUAN
A        .  Latar  Belakang
Setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, walaupun dikatakan mempunyai system dalam pemakaiannya selalu timbul masalah-masalah, baik masalah yang berhubungan dengan bunyi, bentuk kata, penulisan, maupun pemakaian kalimat. Hal itu disebabkan sifat bahasa yang  selalu berkrmbang seiring dengan perkembangan pikiran dan budaya pemakai bahasa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, timbulnya masalah kebahasaan pada bahasa tertentu, misalnya dalam bahasa Indonesia, tidak berarti bahasa itu kurang maju, kurang mapan, dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat kita yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa kedalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Banjar, Sunda, Batak, Bugis, dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara pengucapan atau lafal yang baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia yang berlaku.
B.   Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang muncul berdasarkan latar belakang di atas adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan vokal dan konsonan ?
2.      Bagaimana cara pengucapan huruf vokal dan konsonan yang baik dan benar ?
3.      Hal apa saja yang perlu kita ketahui dalam mempelajari vokal dan konsonan ?
4.      Bagaimana penulisan vokal dan konsonan yang baik dan benar dalam kaidah bahasa Indonesia ?
C.   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mempelajari bidang ilmu linguistic khususnya vokal dan konsonan.
2.      Untuk memperdalam pemahaman tentang vokal dan konsonan.
3.      Untuk memperbaiki kekeliruan penggunaan vocal dan konsonan dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Untuk mencari solusi terhadap bentuk-bentuk masalah terjadi dalam penggunaan bunyi bahasa, yang semakin berkembang sesuai perkembangan bahasa.
D.   Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Metode Perpustakaan.
2.      Metode Internet.
BAB II. ISI
BUNYI BAHASA DAN TATA BUNYI

Bunyi bahasa merupakan bunyi, yang merupakan perwujudan dari setiap bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi bahasa adalah bunyi yang menjadi perhatian para ahli bahasa. Bunyi bahasa ini merupakan sarana komunikasi melalui bahasa dengan cara lisan. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yaitu (1) sumber tenaga, (2) alat ucap penghasil getaran, dan (3) rongga pengubah getaran.
1. VOKAL DAN KONSONAN
A.    VOKAL     
    Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
·       Tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
·       Bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
·       Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)
Keenam vokal bahasa Indonesia dapat menduduki posisi di awal, tengah, atau akhir suku kata, seperti terlihat pada bagan dibawah ini.
     Posisi
Fonem
Awal
Tengah
Akhir
/i/
/ikan/                 ikan
/pintu/               pintu
/api/                 api
/e/
/ekor/                ekor
/nenek/              nenek
/sore/               sore
/ǝ/
/ǝmas/               emas
/ruwǝt/              ruwet
/tantǝ/              tante
/a/
/anak/                anak
/kantor/             kantor
/kota/               kota
/u/
/ukir/                 ukir
/tunda/              tunda
/bau/                bau
/o/
/obat/                obat
/kontan/            kontan
/toko/              toko
B.   KONSONAN
   Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
·       Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara)
·       Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit)
·       Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan
Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan untuk membentuk bunyi bahasa.
·       Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b], [m]
·       Labiodental - bibir bawah dan ujung gigi atas, mis.: [f]
·       Alveolar - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, mis.: [t], [d], [s]
·       Dental - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas
·       Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y]
·       Velar - belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, mis.: [k], [g]
·       Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara dari paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama dan [a] kedua pada kata saat
Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi. Macamnya:
·       Bunyi hambat - kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup, kemudian katup bibir dibuka tiba-tiba. Misal: [p] dan [b]
·       Bunyi semi-hambat - kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui rongga hidung. Misal: [m]
·       Bunyi frikatif - arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga terdengar bunyi berisik (desis). Misal: [f] dan [s]
·       Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah. Misal: [l]
·       Bunyi getar - ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang. Misal: [r]
Selain bunyi-bunyi di atas, ada bunyi yang cara pembentukannya sama seperti pembentukan vokal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata. Mis.: [w] dan [y].
C. FONEM
Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../.
/p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:
               pola — /pola/        : bola — /bola/
               parang — /paraŋ/     : barang — /baraŋ/
               peras — /pɘras/      : beras — /bɘras/
Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi.
Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan di antara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].

                      

                        [i]                                             [u]
/i/                                                           /u/                         
                        [I]                                            [U]      
[e]                                            [o]
/e/                                                           /o/                        
                        [Ɛ]                                            [O]
D. GRAFEM
Grafem berbicara tentang huruf, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi. Seringkali represenasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada alima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan. Akan tetapi, hubungan satu-lawan-satu seperti itu tidak selalu kita temukan. Kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni <l>, <a>, <d>, <a>, <n>, dan <g>. Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya mempunyai lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem <n> dan <g> hanya mewakili satu fonem /ŋ/ saja.
Bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <g> dalam bahasa Indonesia jelas sangat berbeda. Sebaliknya, bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <b> sangat berdekatan. Dengan perbedaan dan kemiripan seperti itu maka dalam percakapan telepon, perkataan "pula" dan "gula" tidak akan keliru ditangkap, sedangkan "pola" dan "bola" dapa dengan mudah membingungkan kita.
2.    VOKAL DALAM BAHASA INDONESIA
                   Dalam bahasa Indonesia ada enam vokal: /i/, /e/, /ǝ/, /a/, /u/, dan /o/. Meskipun bentuk bibir mempengaruhi kualitas vokal, dalam bahasa Indonesia bentuk ini tidak memegang peranan penting. Bagan di bawah ini memperlihatkan ke enam vokal bahasa Indonesia berdasarkan parameter tinggi-rendah dan depan-belakang lidah pada waktu pembentukannya.
                   Pada bagan itu tampak bahwa bahasa Indonesia memiliki dua vokal tinggi, tiga vokal sedang, dan satu vokal rendah. Berdasarkan parameter depan-belakang lidah, dua vokal merupakan vokal depan, dua vokal merupakan vokal tengah, dan dua yang lain merupakan vokal belakang.
                  
Depan
Tengah
Belakang
Tinggi
i
u
Sedang
e
ǝ
o
Rendah
a
3.     CARA PENULISAN VOKAL BAHASA INDONESIA
                   Hubungan antara fonem dengan grafem atau huruf tidak selalu satu-lawan-satu. Fonem /a/ dengan alofon tunggalnya diwakili oleh huruf < a > pula sehingga fonem /a/ selalu ditulis dengan huruf itu.
          Contoh:
                   /adik/                    ditulis              <adik>
                   /pandu/                ditulis               <pandu>
                   /dia/                     ditulis               <dia>
                   Sebaliknya, huruf < e > mewakili dua fonem, yakni /e/ dan /ǝ/, beserta alofonnya. Perhatikan tulisan fonemis dan ortografis pada contoh yang berikut.
                   /bǝsar/                  ditulis               <besar>
                   /kǝmas/                ditulis               <kemas>
                   /becek/                 ditulis               <becek>
                   Huruf < i > dan < u > masing-masing dipakai untuk menuliskan fonem /i./ dan /u/ tanpa memperhitungkan alofon.
          Contoh:
                   /kita/                    ditulis               <kita>
                   /adik/                    ditulis              <adik>
                   /bantin/                ditulis               <banting>
                   Huruf < o > dipakai untuk menuliskan fonem /o/ dengan alofonnya.
          Contoh:
                   /roda/                    ditulis              <roda>
                   /obat/                    ditulis              <obat>
                   /poton/                 ditulis               <potong>
                    Diftong /ay/, /aw/, dan /oy/ masing-masing ditulis dengan huruf <ai>, <ar> dan <oi>. Karena deretan vokal /ai/, /au/, dan /oi/ juga dituliskan dengan huruf yang sama maka dalam tulisan diftong dan deretan itu tidak dapat dibedakan.
          Contoh:
                   /pantay/                ditulis               <pantai>
                   /gulay/                  ditulis               <gulai> (makanan dari daging)
                   /gulai/                   ditulis               <gulai> (diberi gula)
4.     KONSONAN DALAM BAHASA INDONESIA
                Sesuai dengan artikulasinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor, yakni, (1) keadaan pita suara, (2) daerah artikulasi, (3) cara artikulasinya. Berdasarkan keadaan pita suara, konsonan dapat bersuara atau tak bersuara. Berdasarkan daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat bilabial, labiodental, alveolar, palatal, velar, atau glotal; dan berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dapat berupa hambat, frikatif, nasal, getar, atau lateral. Di samping itu, ada lagi yang berwujud semivokal. Konsonan dalam bahasa Indonesia dapat disajikan dalam bentuk bagan berikut.
    Daerah
             Artikulasi
Cara            Artikulasi
Bilabial
Labio-
dental
Dental/
Alveolar
Palatal
Velar
Glotal
Hambat
Tak Bersuara
Bersuara
p
b
t
d
e
j
k
g
?
Frikatif
Tak Bersuara
Bersuara
f
s
z
s
x
h
Nasal
Bersuara
m
n
ň
ŋ
Getar
Bersuara
r
Lateral
Bersuara
l
Semivokal
Bersuara
w
y
            Pada bagan diatas nampak bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua puluh        dua fonem konsonan. Cara memberi nama konsonan adalah dengan menyebut cara artikulasinya dulu, kemudian daerah artikulasinya, dan akhirnya keadaan pita suaranya. Fonem /p/, misalnya, adalah konsonan lambang bilabial yang tak bersuara, sedangkan /j/ adalah konsonan hambat palatal yang bersuara.

BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
·       Tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)
·       Bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)
·       Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)
   Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
·       Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara)
·       Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit)
·       Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusataka
Benny. 2009. http://id.Wikibooks.org/w/bahasa_indonesia/bunyi. Bunyi Bahasa Indonesia.
       Diakses 10 Oktober 2010
Faisal, Muhammad, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia 3 SKS. Jakarta: Dikti
Moeliono, Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Zakaria.2007. http://pustaka.ut.id/website/fonologi_bahasa_indonesia.
Fonologi Bahasa Indonesia. Diakses 10 Oktober 2010

0 comments:

Post a Comment